Lihat ke Halaman Asli

Ridhony Hutasoit

Abdi Negara

Menjawab Tantangan Karantina Writingthon Asian Games (Prolog)

Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Koleksi Pribadi

Terkadang memulai sesuatu adalah perkara yang tidak mudah, seperti  menyatakan cinta, hingga menulis. Karantina dari tanggal 15-18 Agustus 2018 yang saya ikuti kali ini  ternyata memiliki tantangan tersendiri, yaitu "marathon" menulis apapun terkait pengalaman rasa dan nuansa Asian Games 2018 selama Karantina.  

Bagi saya hal ini menarik, selain karena hadiahnya cukup menggiurkan,  tantangan ini merangsang celah sinapsi dalam otak untuk menemukan  berbagai stimulus agar jemari ini mulai mengguratkan berbagai kisah.

Baiklah, saya akan mulai berkisah dengan nuansa Jakarta yang berubah  dalam menyambut kompetisi Internasional ini. Setiba di bandara,  icon-icon Asian Games sangat signifikan nampak. Bahkan sepanjang  perjalanan, saya menyaksikan Jakarta mempercantik diri demi menyambut  tamu-tamu dari perbagai negara. 

Nuansa yang saya paling senangi adalah  kebersihan dan keapikan penataan infrastukturnya, serta dukungan  berbagai entitas seantero Jakarta atas kehadiran Asian Games Ke-18 ini.  

Hal ini terlihat bagaimana berbagai gedung turut memperkaya dekorasinya  dengan tema Asian Games yang dipadukan dengan perayaan Hari Kemerdekaan  tanah air. Mulai dari tempat ibadah, hotel, instansi pemerintah, hingga  gedung-gedung pencakar langit menyajikan "pengingat" atas acara akbar  ini.

Sampai di Hotel Millenium, lokasi karantina, saya menemukan semangat dan  nuansa Asian Games tersendiri melalui perjumpaan dengan para pemenang  writingthon dari perbagai penjuru Indonesia, baik kategori blogger  maupun mahasiswa/pelajar. Anak-anak muda ini memilih  bermain kata,  diksi, hingga persuasi dalam prosa demi menginspirasi negeri bahwa Asian  Games harus terus didukung dan perlu dibanggakan. 

Semangat ini berpadu  unik dengan keindahan rona masing-masing peserta, mulai dari logat,  persepsi, variasi rupa, pola pikir, tingkah laku, dan tentunya perbagai  kisah di balik kemenangan mereka. 

Dalam perbedaan, semuanya menyatu  dalam satu dukungan agar Indonesia bermartabat sebagai tuan rumah Asian  Games untuk kedua kalinya. Kolaborasi ini menunjukkan kekuatan  "energy  of asia"  makin menggema dari dalam negeri terlebih dahulu. 

Rasa  syukurpun memenuhi ruangan karantina karena kompetisi Writingthon yang  diadakan Kominfo dan Bitread ini menjadi media menjejakkan sejarah  prestasi tingkat nasional dengan menulis.

Nah, mau tahu kisah lain untuk menjawab tantangan ini? Tunggu posting selanjutnya ya hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline