Terkadang memulai sesuatu adalah perkara yang tidak mudah, seperti menyatakan cinta, hingga menulis. Karantina dari tanggal 15-18 Agustus 2018 yang saya ikuti kali ini ternyata memiliki tantangan tersendiri, yaitu "marathon" menulis apapun terkait pengalaman rasa dan nuansa Asian Games 2018 selama Karantina.
Bagi saya hal ini menarik, selain karena hadiahnya cukup menggiurkan, tantangan ini merangsang celah sinapsi dalam otak untuk menemukan berbagai stimulus agar jemari ini mulai mengguratkan berbagai kisah.
Baiklah, saya akan mulai berkisah dengan nuansa Jakarta yang berubah dalam menyambut kompetisi Internasional ini. Setiba di bandara, icon-icon Asian Games sangat signifikan nampak. Bahkan sepanjang perjalanan, saya menyaksikan Jakarta mempercantik diri demi menyambut tamu-tamu dari perbagai negara.
Nuansa yang saya paling senangi adalah kebersihan dan keapikan penataan infrastukturnya, serta dukungan berbagai entitas seantero Jakarta atas kehadiran Asian Games Ke-18 ini.
Hal ini terlihat bagaimana berbagai gedung turut memperkaya dekorasinya dengan tema Asian Games yang dipadukan dengan perayaan Hari Kemerdekaan tanah air. Mulai dari tempat ibadah, hotel, instansi pemerintah, hingga gedung-gedung pencakar langit menyajikan "pengingat" atas acara akbar ini.
Sampai di Hotel Millenium, lokasi karantina, saya menemukan semangat dan nuansa Asian Games tersendiri melalui perjumpaan dengan para pemenang writingthon dari perbagai penjuru Indonesia, baik kategori blogger maupun mahasiswa/pelajar. Anak-anak muda ini memilih bermain kata, diksi, hingga persuasi dalam prosa demi menginspirasi negeri bahwa Asian Games harus terus didukung dan perlu dibanggakan.
Semangat ini berpadu unik dengan keindahan rona masing-masing peserta, mulai dari logat, persepsi, variasi rupa, pola pikir, tingkah laku, dan tentunya perbagai kisah di balik kemenangan mereka.
Dalam perbedaan, semuanya menyatu dalam satu dukungan agar Indonesia bermartabat sebagai tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya. Kolaborasi ini menunjukkan kekuatan "energy of asia" makin menggema dari dalam negeri terlebih dahulu.
Rasa syukurpun memenuhi ruangan karantina karena kompetisi Writingthon yang diadakan Kominfo dan Bitread ini menjadi media menjejakkan sejarah prestasi tingkat nasional dengan menulis.
Nah, mau tahu kisah lain untuk menjawab tantangan ini? Tunggu posting selanjutnya ya hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H