Lihat ke Halaman Asli

Hujan Dinanti atau Dimaki?

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hujan berenti dong, gue kan mau ketemu dy" status anak muda di jejaring sosial.

"Gimana gua mau gawe, kalau hujan terus!" caci seorang karyawan

"Aduhhhh... rumah pada bocor,cucian blum kering lagi" keluh seorang ibu rumah tangga

mungkin kita selalu mendengar ucapan-ucapan tersebut di sekitar kita, atau mungkin kita sendiri yang mengucapkannya.

mungkin kita juga merasa kesal atau dongkol ketika hujan turun diwaktu yang kurang tepat. hidup di kota metropolitan yang segala aktifitasnya tidak pernah berhenti dari pagi-siang-malam-pagi lagi, membuat kita selalu mencaci hujan. tapi disebagian masyarakat yang tinggal di daerah yang mungkin hanya sebulan sekali diterkena guyuran air hujan atau mungkin setahun sekali, hujan menjadi sesuatu yang berharga bahkan ditunggu-tunggu kehadirannya, bahkan sampai ada disebagian daerah harus melakukan ritual untuk mendatangkan hujan.

satu pertanyaan yang selalu terbesit dibenak saya, ketika saya sedang berteduh untuk menunggu hujan reda

"kenapa tuhan menurunkan hujan disaat kita sedang menjalani rutinitas harian?"

"kenapa tuhan tidak menurunkan hujan di daerah yang kurang terkena guyuran hujan?"

jadi, menurut anda kedatangan hujan itu harus kita nantikan atau harus kita caci maki?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline