Setiap tahun, tujuh miliar orang akan merayakan ulang tahunnya dengan banyak cara. Ada yang merayakannya bersama teman, mentraktir makan sahabat, memberi sebagian rezekinya ke orang yang tidak mampu, ataupun sekadar doa bersama. Beda cara merayakannya, beda pula memaknainya.
Buat penulis? Penulis senang dengan usia sekarang telah melalui beberapa hal penting. Banyak mendapatkan pelajaran berharga yang membentuk pola pikir penulis dalam mengarungi hidup. Bertemu dengan beragam orang dengan karakteristik dan sikapnya yang unik. Bisa berbuat sesuatu untuk keluarga dan masyarakat. Pencapaian ini memang patut untuk kita rayakan.
Di saat yang sama, penulis juga berpikir, sebenarnya apa yang kita rayakan jika jatah hidup kita semakin berkurang? Semakin penulis rayakan, penulis juga semakin sadar bahwa tidak lama lagi, penulis akan dipanggil. Cepat atau lambat penulis akan meninggalkan dunia ini, dengan ketidaktahuan apakah lebih besar dosa atau pahala.
Itu memang satu interpretasi yang agak ekstrim. Yang penulis bayangkan adalah betapa cepatnya kita menuju kematian. Neraka dan surga. Penulis semakin merenungkan apakah penulis bisa meninggalkan nama baik, warisan, dan karya di saat penulis masih bernapas? Dahulu, penulis tidak memikirkan kematian sama sekali dan menganggap penulis akan hidup lama.
Oleh karena itu, momen pertambahan usia penulis gunakan untuk berefleksi sekaligus berkomitmen: melangkah sejauh mungkin, berbuat baik sebanyak mungkin, belajar semaksimal mungkin, dan berkarya secara optimal. Penulis hanya berharap doa-doa baik dari teman-teman penulis di setiap momen pertambahan usia, terutama soal rezeki dan kesehatan.
Berbicara soal kesehatan, hal yang penulis sadari adalah ternyata kesehatan tidak sepenuhnya berada di bawah kendali kita. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seperti fungsi organ-organ tubuh kita dan takdir kita. Kita memang bisa berupaya memelihara kesehatan dengan mengatur gaya hidup (tingkat aktivitas, konsumsi makanan, jam tidur, dan olahraga). Tetapi, kita bukanlah penentu usia, melainkan Tuhan yang Maha Kuasa. Ada yang umurnya masih 20-an dipanggil Tuhan karena sakit atau kecelakaan. Singkatnya, jika Tuhan menentukan di usia tertentu, kita hanya bisa pasrah.
So, penulis hanya ingin bisa terus berbuat baik, tetap diberi kesehatan, dan dikelilingi orang baik dan hebat yang terus memotivasi penulis untuk bisa berkembang menjadi versi terbaik penulis. Supaya ketika penulis nantinya dipanggil, setidaknya telah melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H