Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, keberadaan situs web sudah menjadi keharusan. Tak hanya bagi perusahaan besar, namun juga untuk bisnis kecil, seperti kedai kopi lokal atau toko kelontong. Mengapa situs web begitu penting?
Dengan semakin banyaknya konsumen yang mengandalkan pencarian daring sebelum memutuskan berbelanja atau mengunjungi suatu tempat, memiliki situs web memungkinkan bisnis kecil meningkatkan visibilitas mereka di dunia maya. Namun, bagaimana proses pengembangan situs web ini dilakukan? Salah satu model yang sering digunakan adalah model pengembangan perangkat lunak Waterfall.
Model Waterfall diperkenalkan pada tahun 1970-an dan menjadi salah satu metode pengembangan perangkat lunak tertua dan paling terstruktur. Dalam metode ini, pengembangan dilakukan secara berurutan, dimulai dari analisis kebutuhan, desain sistem, implementasi, pengujian, hingga pemeliharaan.
Setiap tahap harus diselesaikan sepenuhnya sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, memastikan setiap fase mendapatkan perhatian penuh. Namun, di tengah perkembangan metode baru seperti Agile yang lebih fleksibel, muncul pertanyaan: apakah Waterfall masih relevan, terutama bagi bisnis kecil?
Keunggulan Model Waterfall
Salah satu alasan mengapa model Waterfall masih digunakan hingga saat ini adalah pendekatannya yang terstruktur dan sistematis. Bagi bisnis kecil yang memiliki sumber daya terbatas, terutama dalam hal pengembangan perangkat lunak, Waterfall dapat menjadi solusi yang tepat karena prosesnya yang jelas dan terencana.
Setiap langkah memiliki tujuan spesifik dan terdefinisi dengan baik, sehingga tim pengembang tidak kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Selain itu, model ini meminimalisir risiko terjadinya perubahan drastis di tengah jalan. Ketika kebutuhan sudah dianalisis dan disepakati di awal, pengembang hanya tinggal menjalankan langkah-langkah yang sudah direncanakan tanpa perlu banyak perubahan atau penyesuaian. Ini tentu menguntungkan bagi bisnis kecil yang tidak memiliki banyak waktu atau dana untuk melakukan revisi besar-besaran selama proyek berlangsung.
Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan oleh IEEE berjudul Waterfall Model for Design and Development Coffee Shop Website at Malang, penggunaan Waterfall untuk pengembangan situs web kedai kopi di Malang berhasil membantu pemilik bisnis mengelola situsnya dengan lebih efektif. Proyek ini menunjukkan bagaimana Waterfall mampu memberikan solusi sistematis dalam membangun situs web yang responsif sesuai dengan kebutuhan operasional kedai kopi tersebut.
Tantangan dalam Implementasi Waterfall
Namun, di balik keunggulannya, model Waterfall juga menyimpan sejumlah tantangan, terutama dalam konteks bisnis yang bergerak cepat. Salah satu kekurangannya adalah kurangnya fleksibilitas. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, seringkali kebutuhan bisnis berubah seiring berjalannya waktu. Sayangnya, Waterfall tidak memberikan banyak ruang untuk perubahan di tengah proyek. Jika ternyata ada kebutuhan baru yang harus diakomodasi, pengembang harus kembali ke tahap awal untuk menyesuaikan keseluruhan rencana. Ini jelas tidak efisien bagi bisnis kecil yang harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.