Di suatu malam sekitar jam 9 PM. Rusia bareng dua kerabatnya Turki dan Iran tengah duduk mengadakan pertemuan di sebuah warung bakso. Rusia menceritakan pada dua dewan penasehatnya itu kalau ia tengah berseteru dengan bestie-nya, si Ukraina.
Rusia mengaku konflik mereka sudah cukup serius, bahkan mereka sudah saling meluncurkan rudal cair. Sekarang dalam fase gencatan senjata, saling diam dan tak ada yang mengambil langkah damai.
Sebenarnya Rusia ingin berdamai kembali, namun masih dibalut rasa gengsi bila harus mengulurkan tangan duluan. Rusia mengaku ingin berdamai sebelum Festival Pendidikan Ukraina dimulai.
Festival pendidikan yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa hari lagi.
Rusia ingin memberi hadiah dan ucapan selamat seperti yang dilakukan Ukraina padanya ketika Festival Pendidikan Rusia pada waktu lalu.
Parahnya lagi, ternyata selama ini semua dana APBN Ukraina dipercayakan disimpan di bank Rusia. Jadi, selama mereka konflik, gak tau Ukraina dapat sokongan dana dari mana & bagaimana pontang-pantingnya ia memenuhi keperluannya. Bagaimanapun hebatnya gejolak pertikaian, tetap saja itu menjadi beban moral bagi Rusia.
"Saya harus gimana ? Apa yang mesti saya lakukan ?" Rusia mengadu galau pada dua kerabatnya.
"Gak pa pa untuk mulai pendekatan duluan, bilang aja kamu gak suka dalam keadaan kalian yang sekarang ini, barangkali Ukraina juga lagi nunggu kamu untuk berdamai, nanti kalau hanya sama-sama nunggu, gak jadi, harus ada yg mulai duluan" saran sok bijak dari Iran.
"Tapi gengsii.." jawab Rusia.
"Makan tuh gengsii..!" Turki menimpali.
"Kasih reward donk" canda Rusia.