Lihat ke Halaman Asli

Drama Musikal Jahiliyah: Wajah Agama dan Politik Negeri Tercinta

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13811101262058580541

Satu lagi pementasan drama musikal akbar di gelar di kota seni dan budaya, Yogyakarta. Bertempat di Gedung Taman Budaya Yogyakarta, pementasan ini berlangsung selama dua hari pada sabtu dan minggu (5-6/10) kemarin. Pementasan drama musikal yang di prakarsai oleh Komunitas Seni Pertunjukan Islam (KSPI) ini berjalan lancar dan meriah. Dengan mengangkat naskah berjudul “Jahiliyah” karya seniman kawakan Hamdy Salad. Kenyut Y Kubro sang sutradara mencoba menerjemahkan naskah tersebut dalam sebuah pertunjukan drama musikal yang apik.

Jahiliyah berkisah tentang dua kubu yang berbeda. Di satu bagian adalah mereka yang senang menghasut manusia untuk terjerembab pada segala hal yang mengarah pada dosa dan perpecahan, seperti keserakahan, iri, dengki dan kekafiran. Sedangkan dibagian lain ada mereka yang membela agama Allah, mereka yang senantiasa mengajak umat untuk senantiasa pada jalan yang benar. Tentu saja terjadi berbagai gesekan antara kedua kubu tersebut. Karena pada hakikatnya kejelekan akan selalu menggagu kebaikan agar mengikuti jejaknya. Berbagai cara dilakukan untuk mengajak umat pada jalan dosa. Meninggalkan tuhan, agama, dan sesama. Meski mendapat hasutan yang begitu hebat, kubu sebelah tidak mau kalah dan tetap berpegang teguh pada jalan kebenaran. Meskipun sebelumnya mereka ingin melawan dengan menggunakan kekerasan. Akan tetapi lagi-lagi hal tersebut adalah salah satu bentuk hasutan. Hingga pada akhirnya, terjadi penghianatan pada pihak jahat yang dilakukan oleh rekannya sendiri. Dengan demikian terjadi pergantian kendali dalam melawan kubu yang baik. Benar-benar syarat akan muatan agama dan politik.

Dari cerita tersebut, dapat di pahami bahwa sang penulis naskah dan sang sutradara ingin mengingatkan kita tentang jaman jahiliyah. Jaman dimana dosa menguasai kehidupan. Segala bentuk dosa marak pada jaman itu. Dan jaman itu terulang kembali pada saat ini, pada Negara kita. Segala problem Negara kita mulai dari maraknya tindak kekerasan, ketidakadilan, perzinahan, korupsi, hingga pengrusakan lingkungan. Menunjukan betapa miripnya jaman kita saat ini dengan jaman jahiliyah. Jaman yang dimurkai Allah karena banyak perbuatan dosa disana.

Dalam pentas yang berdurasi sekitar satu setengah jam ini dapat banyak kita temukan kata-kata penting yang sedikit “mencubit” kita. Seperti “Begitu banyak bendera kebenaran. Maka pilihlah yang menuju jalan Allah. Kau harus memilih, menjadi kafir atau beriman”. Dari kalimat tersebut dapat kita ketahui betapa banyaknya kelompok-kelompok serta organisasi yang mengatas namakan kebenaran dan keadilan di negeri kita namun banyak diantara mereka yang justru mencoreng kedua hal tersebut. Serta ada lagi “Para penguasa yang seharusnya melindungi rakyat malah menjadikan rakyat sebagai pelindung” tentu saja kalimat tersebut sangat relevan dengan keadaan Negara kita saat ini. dimana para pemimpin dan penguasa yang telah di titipkan amanah oleh rakyat justru menjadi pengkhianat dan menjadikan rakyat sebagai “tameng”. Yang mereka pikirkan hanya kekuasaan, kedudukan dan uang. “Kematian seseorang adalah tragedi, tetapi kematian beribu-ribu orang hanyalah statistik. Hahahaa…” dan itulah salah satu kalimat menohok menjelang pentas berakhir. Hingga akhirnya pementasan ditutup oleh penampilan Charly Van Houten vokalis dari sebuah band yang terkenal dengan suaranya yang khas.

Dari drama musikal Jahiliyah tersebut semoga dapat menjadi “alrm” bagi kita semua bahwa yang bernama keburukan atau kejahatan tidak pernah lelah dan mati untuk menghasut kebaikan dan kebenaran. Ia akan selalu ada dan mencari celah dalam menyusupkan perpecahan. Hanya dengan berpegang teguh pada ajaran agama dan bersatu sebagai sebuah bangsa yang dapat membuat kita menjauhi jaman jahiliyah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline