Lihat ke Halaman Asli

Implementasi THK dalam Kehidupan Sehari-hari

Diperbarui: 21 Desember 2023   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tri Hita Karana merupakan suatu konsep filosofis yang berasal dari daerah Bali, Indosnesia. Kata "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kebahagiaan, dan kata "Karana" berarti alasan atau tindakan. Asal usul Tri Hita Karana dapat ditelusuri kembali ke kepercayaan dan budaya Hindu yang mendominasi Bali sejak abad ke-9 Masehi. Konsep ini merupakan hasil dari pengaruh agama Hindu, filsafat Hindu, dan kearifan lokal Bali yang telah berkembang selama berabad abad. Pada awalnya, Bali adalah bagian dari Kerajaan Majapahit di Jawa, yang pada saat itu menganut agama Hindu.

 Pada abad ke-14, ketika Majapahit mengalami kemunduran, banyak pemuka agama Hindu dan keluarga kerjaan yang melarikan diri ke Bali. Mereka membawa serta ajaran agama Hindu dan budaya Majapahit, yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan kepercayaan dan budaya di Bali. Selain itu, kearifan lokal Bali yang menghargai harmoni dengan alam dan kehidupan sosial juga berperan dalam pembentukan konsep Tri Hita Karana. Masyarakat Bali memiliki tradisi agraris yang kuat, dimana mereka sangat bergantung pada alam untuk kehidupan mereka. Mereka menghormati dan menjaga keseimbangan dengan alam, serta menjalankan upacara dan ritual keagamaan untuk memastikan kelangsungan hidup dan kesejahteraan. 

    Secara bertahap, konsep Tri Hita Karana menjadi landasan dalam kehidupan sehari hari masyarakat Bali. Konsep ini diajarkan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas. Masyarakat Bali meyakini bahwa dengan menjaga keseimbangan dan harmoni antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, mereka dapat mencapai kehidupan yang harmonis, berkelanjutan, dan damai. Dalam perkembangannya, Tri Hita Karana juga telah menjadi bagian integral dari pariwisata di Bali. Konsep ini menjadi landasan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menghormati budaya, alam, dan masyarakat Bali. 

    Secara umum, Tri Hita Karana mengacu pada harmoni dan keseimbangan antara tiga aspek penting dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Berikut implementasi Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari hari

1.    Hubungan Manusia dengan Tuhan (Parhyangan)

     Aspek pertama dari Tri Hita Karana adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dalan konteks hubungan manusia dengan Tuhan, Tri Hita Karana mengajarkan pentingnya menjaga hubungan spiritual dengan Tuhan. Manusia dianggap sebagai makhluk spiritual yang harus hidup dalam keselarasan dengan kehendak Tuhan. Ini melibatkan penghormatan, pengabdian, dan ketaatan terhadap nilai nilai agama dan spiritualitas yang diyakini oleh individu atau masyarakat. Pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan dalam konsep Tri Hita Karana adalah untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan. Dalam pandangan ini, manusia dianggap sebagai bagian dari alam semesta yang lebih besar dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dan harmoni dalan hubungannya dengan Tuhan. Melalui ibadah, doa, meditasi, atau praktik spiritual lainnya, manusia diharapkan untuk memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan. Ini dapat membantu mereka mencapai kedamaian batin, kebijaksanaan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup mereka. Dalam praktiknya, hubungan manusia dengan Tuhan dalam konsep Tri Hita Karana dapat berbeda beda tergantung pada keyakinan agama dan spiritualitas individu atau masyarakat. Namun, intinya adalah pentingnya menjaga hubungan spiritual yang sehat dan harmonis kita dengan Tuhan untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan dalam kehidupan. 

 2.    Hubungan Manusia dengan Manusia (Pawongan)

             Aspek kedua dari Tri Hita Karana adalah hubungan manusia dengan manusia. Dalam konsep Tri Hita Karana, hubungan manusia dengan manusia juga dianggap sangat penting. Konsep ini menekankan bahwa pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan dalam hubungan sosial individu-individu dalam masyarakat. Tri Hita Karana mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kehidupan yang harmonis dan bahagia hanya dapat dicapai melalui hubungan baik dengan sesama manusia. Konsep ini mendorong individu untuk saling menghormati, menghargai, dan membantu satu sama lain. Dalam hubungan manusia dengan manusia, Tri Hita Karana menekankan nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, toleransi, dan empati.

Individu diharapkan untuk saling membantu untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Konsep ini juga mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan memperlakukan semua orang dengan adil dan setara. Selain itu, Tri Hita Karana juga menggarisbawahi pentingnya menjaga berhubungan baik dengan keluarga, teman, dan masyarakat secara luas. Ini melibatkan saling mendukung, menghormati, dan membangun ikatan yang positif dengan orang orang yang berada disekitar kita.

3.   Hubungan Manusia dengan Alam (Palemahan)

           Palemahan mengacu pada hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam, berinteraksi secara bijaksana dengan unsur-unsur alam, dan merawat lingkungan demi kesejahteraan bersama. Palemahan mencakup tanggung jawab manusia untuk melestarikan alam, menjaga ekosistem, dan tidak merusak lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam konteks Tri Hita Karana, Palemahan menjadi satu-satunya prinsip yang berfokus pada hubungan manusia dengan alam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline