Hari Raya Idul Fitri identik dengan beragam jenis suguhan di atas meja, salah satunya kue kering. Setiap keluarga memiliki suguhan andalan masing-masing, kue andalan di rumah saya adalah kue nastar buatan Ibu dengan selai nanas yang dibuat sendiri. Namun saat pulang kampung lain cerita, kue semprong menjadi primadona yang ditunggu-tunggu.
Kue semprong adalah kue kering yang berbentuk silinder atau panjang, tapi tidak jarang hadir dalam bentuk lain seperti setigita dan persegi panjang.
Dengan bahan dasar telur, tepung beras, tepung tapioka, gula, santan, mentega, bubuk kayu manis dan wijen kue ini tidak terlalu manis, cenderung gurih dan renyat saat digigit.
Di kampung halaman sering kali diproduksi sekaligus dalam jumlah banyak, tidak hanya sebagai suguhan di rumah tapi juga bisa dibawa sebagai oleh-oleh. Sering kali untuk penyimpanan agar tidak tetap renyah kaleng besar seukuran Khong Guan dijadikan sebagai pilihan sebelum disuguhkan dalam toples cantik di meja tamu.
Kejutan di dalam kaleng Khong Guan saat pulang kampung menjadi hal yang dinanti. Setiap tahun isinya selalu beragam mulai dari kerupuk hingga kue semprong.
Jadi, saat menemukan kue semprong di dalam kaleng Khong Guan seperti menemukan harta karun.
Kue semprong tidak membuat enek dan cepat kenyang sehingga sangat cocok dijadikan camilan bagi tamu di hari raya yang biasanya mengunjungi banyak kerabat di dalam satu hari.
Kue ini juga memiliki sejarah menarik, siapa sangka ternyata kue ini dibawa oleh bangsa Portugis karena mirip dengan kue krumkake dari Norwegia.
Tampilan dan motig cetakan kue semprong memang serupa dengan krumkake, namun bahan dasar yang digunakan dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Hingga saat ini kue semprong dapat ditemui tidak hanya di Pulau Jawa, tapi juga di Pulau Seumatera, sulawesi dan masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H