Ada dua orang Satpam di kompleks perumahan kami. Kompleks perumahan yang hanya terdiri dari 16 unit rumah. Tergolong sangat menimalis untuk dibilang sebuah kompleks real estate. Oleh sebab itu iuran sampah, lingkungan dan sejenisnya bisa dibilang relatif mahal dibandingkan dengan rata-rata perumahan lain.
Iuran bulanan di tempat lain ada yang hanya Rp 25 ribu atau Rp 40 ribu per bulan. Di tempat kami bisa mencapai Rp 175 ribu per bulan. Tidak lain karena jumlah unit rumah kami sedikit sekali. Beberapa kompleks perumahan tetangga ada yang jumlahnya ratusan unit rumah.
Makanya, meskipun iuran hanya Rp 15 ribu per bulan, bisa digunakan untuk bayar gaji 3 orang Satpam dan lain-lain biaya maintenance di kompleks perumahan. Tidak dengan kami.
Lantaran jumlah unit rumah yang sedikit, boleh dikata pekerjaan Satpam kami tidak banyak, kecuali mengamati lalu lalang orang yang keluar masuk perumahan kami yang tidak banyak jumlahnya. Sesekali Gojek, penjual Bakso, dan pedagang makanan lain masuk.
Selebihnya, tidak ada pengemis, tukang Ngamen, pencari sampah atau Salesman keliling. Mereka ini jika ketahuan Satpam pasti akan dilarang masuk kompleks kami. Dua kali sehari Satpam yang hanya dua orang ini menyapu jalanan dari kotoran dedaunan yang bisa dihitung dengan jari-jari jumlahnya. Karena haya dua orang, mereka berbagi shift, satu siang, satu nya malam. Masing-masing 12 jam kerja.
Saya pernah bertanya kepada salah seorang di antaranya, berapa jumlah gaji per bulan yang diterima. Ternyata tidak lebih dari Rp 1 juta. Dengan duit segitu, saya bisa bayangkan bagaimana ribetnya mengatur pengeluarannya sementara pemasukan sangat minim. Masing-masing Satpam punya anak 3 orang, pulang pergi kadang menggunaan motor, kadang diantar, kadang naik Angkutan Kota (Angkot). Tent saja jauh dari UMR dan tidak bakalan cukup untuk menghidupi keluarganya.
Dulu pernah ada inisiatif ibu-ibu di kompleks untuk ngasih makanan siang dan malam kepada mereka berdua. Namun sudah setahun ini mandeg alias tidak jalan. Saya tidak mengerti kenapa. Memang ada beberapa penjual makanan di depan kompleks perumahan kami yang juga ada Ruko nya.
Hanya saja saya kurang begitu yakin apakah para penjual makanan ini secara rutin dan konsisten memberikan makanan pada Satpam kami. Mudah-mudahan saja iya. Karena sangat berat jika Satpam ini harus mengeluarkan kocek lagi untuk beli sarapan, makan siang atau snack lainnya.
Prihatin terhadap kondisi kedua Satpam ini tentu saja tidak cukup. Terkadang kami memintanya untuk membersihkan halaman, memotong rumput, membayar iuran, atau membetulkan genting dengn sedikit upah. Tidak jarang saya meminta bantuannya untuk memberihkan motor. Padahal, jujur saja, kalau saya bersihkan di tempat Cuci Motor, ongkosnya jauh lebih kecil.
Kami meminta bantuannya bukan karena kami malas. Saya bisa kerjakan apa-apa yang pak Satpam lakukan, karena kami biasa melakukan bahkan setiap hari. Kami minta bantuannya karena kami menyadari, bahwa orang bisa meniru kerja keras orang lain, namun tidak dengan rejekiya. Mereka butuh perhatian dan uluran konkrit tangan kita.