Kurang lebih dua pekan lagi perawat Indonesia akan menyambut perhelatan akbar profesi yang anggotanya terbesar di Indonesia. Perhelatan akbar yang bernama Musyawarah Nasional X (Munas X) ini rencananya akan diselenggarakan di Bali tanggal 23 Oktober mendatang.
Pulau Dewata atraktif yang diharapkan bisa menjadi tempat menarik minat peserta untuk hadir. Sayangnya Covid-19 sedang berlangsung. Restriksi Pemerintah jika belum berubah, maka kerumunan apapun bentuknya akan dibatasi.
Kita doakan semoga penyenggaraan event akbar ini akan berlangsung dengan baik. Namun, berdoa saja belum cukup. Kita harus ikhtiar demi kepentingan profesi, professional, bangsa dan negara Indonesia.
Mengangkat isyu kepentingan di antara sejuta lebih perawat kita ini tidak gampang. Pada setiap kepala seorang professional, memiliki dan berhak menyampaikan pendapat. Hak prerogratif ini dilindungi oleh undang-udang.
Oleh sebab itu ketika tanggal 5 Oktober 2021 kemarin ada sebagian rekan-rekan perawat yang menamakan diri Forum Peduli Perawat Nasional Indonesia (FPPKNI) ya...monggo-monggo saja. The basic principle is, we have the right to opine. Kita punya hak berpendapat. Sah-sah saja.
Ada juga kelompok yang menamakan dirinya Serikat Tenaga Kesehatan Nasional Indonesia (STKNI). Juga tidak dilarang. Ada puluhan organisasi lain yang menamakan perawat atau keperawatan di negeri ini. Tidak diharamkan. Toh, bangsa besar ini lahir dari Bhinneka Tunggal Ika.
Ada 17.000 pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, beragam suku, bahasa dan budaya serta agama. Saat ini, PON XX sedang berlangsung di Papua sebagai ajang kompetisi olahraga yang menyatukan berbagai kebinekaan yang ada di negeri ini.
Di USA, negara terbesar anggota perawatnya yang lebih dari 3.000.000 anggota, memiliki lebih dari 100 organisasi atas nama perawat USA.
Jadi, di negeri ini jika jumlahnya hanya puluhan, it is no problem at al.Hanya saja, USA itu bukan Indonesia. Mereka sudah merdeka lebih dari 300 tahun lalu.
Usia mereka beda 230 tahu lebih tua dibanding kita. Tingkat pendidikan, fasilitas, teknolgi, system, undang-undang hingga cara pandang mereka berbeda dengan kita.
Sementara mereka sibuk dengan penelitian dan menemukan alat serta ternologi terbarunya, kita masih sibuk ngurus STR, iuran, bikin gedung, honor dan perut. Setiap hari kita disuguhi berita di medsos tentang masalah-masalah yang mestinya tidak dibicarakan oleh seorang professional.