Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Ahok dan Potret Cara Berkomunikasinya

Diperbarui: 18 September 2020   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: karikatur.blogspot.com

  SEMASA kuliah, juga saat di pondok, kami selalu diajari bagaimana menjadi manusia yang baik dan benar. Di antaranya tentang cara atau etika berkomunikasi. Saya tidak mengatakan kita sempurna sebagai manusia dan tanpa dosa. Tidak!

Di bangu sekolah kami diajarkan, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah komunikasi, dalam hal ini omongan verbalnya. Kalau tulisan bisa dihapus, namun omongan yang sudah keluar dari mulut, tidak mungkin ditarik kembali.

Oleh karena itu, guru-guru dan ustadz-ustadz kami selalu wanti-wanti, untuk hati-hati kalau bicara. Sekali bicara, saat itu kita dinilai oleh orang. 

Kata ustadz, nilai manusia itu adalah dari sikap dan bicaranya. Betapapun sikapnya baik, kalau bicaranya gak bener, dia dianggap tidak konsisten. Sebaliknya, betapapun bicara baik kalau sikapnya gak bener, juga disebut tidak konsisten.

Makanya, kata guru-guru kami di desa dulu, kalau tidak bisa bicara baik, diam aja. Atau gunakan teks agar salah. Omongan baik atau tidak, bagaimanapun, akan kembali kepada yang punya omongan.  

****
Dari dulu, 5000 tahun lalu, sejak zaman Fir'aun pun, omongan 'kotor' terus eksis hingga sekarang. Kita yang mengaku hidup kita makin beradab dan mampu menciptakan ilmu komunikasi yang makin canggih, nyatanya kualitas omogan tidak berubah. Bahkan orang yang punya pangkat tinggi pun tidak bisa lepas.

Dua abad sebelum Masehi, kala Yulius Caesar berkuasa, omongan yang nuansannya kotor juga tidak sedikit. Kalau Anda nonton film Gladiator, bisa terlihat jelas contoh-contohnya.

Seabad kemudian, sekitar abad ke-12, kalau membaca kisah perjuangan Genghis Khan, yang menguasai daratan Mongolia hingga Asia Barat, bahkan Georgia, luar biasa kegigihannya dalam memperluas wilayah yang ditaklukannya, orangnya terkenal sangat bengis.

Kaisar Mongolia abad 12 ini sangat dikenal karena luasnya kekeuasaanya. Di satu sisi, konon, Genghis Khan sangat populer dengan kebengisannya. Di sisi lain, dia juga toleran dengan pemeluk agama lain.  

Orang yang bengis seperti Genghis Khan, biasaya omongannya kotor. Buktinya adalah, semua orang-orang yang tidak setuju denga prinsipnya, akan ditebas. Jadi, jangankan omongan, nyawa orang saja di mata Ganghis Khan tidak berharga.

Demikian pula di kala Hitler berkuasa. Diktator abad 21 yang memiliki 'Sarang Serigala'. Kisah-kisah orang terkenal yang kotor cara berkomunikasinya tidak pernah punah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline