Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Pulsa Disubsidi, Kecolongan Materi Pornografi

Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: agenpulsaonlinemurah.wordpress.com

Beri Kami Kail, Bukan Ikan

Saya paling 'benci' melihat pemandangan anak-anak yang jadi pengemis di jalanan, di perempatan atau di lampu merah. Ini pasti ulah para orang tua atau orang dewasa. Saya tidak berfikir bahwa anak-anak ini punya ide sejauh itu untuk mengemis, kecuali pasti ada yang nyuruh.

Saya salut dengan Pemerintah Daerah yang memberikan aturan tegas, baik kepada peminta-minta maupun yang ngasih. Denda mereka. Itu langkah yang bagus. Kalau mau beramal, bayak yayasan yatim piatu yang bersedia menampung. Banyak masjid, panti jompo atau yayasan anak-anak terlantar yang butuh uluran tangan. Bukan di jalanan.

Memberi uang pada anak-anak di jalanan hanya akan memperparah kondisi mental mereka. Merasa enak ada yang memberi, membuat mereka merasa 'nyaman'. Dalam jangka panjang, mereka tidak ada minat untuk sekolah atau berusaha ke arah yang lebih baik. Yakni menjadi generasi bermartabat.

Menjadi generasi bermartabat inilah tujuan pendidikan. Kita boleh miskin, tetapi tidak boleh melarat mental dengan mejadi pengemis kelas berat. Pengemis kelas berat adalah yang senangnya menadah, tanpa berusaha.  

Diberi pulsa oleh Pemerintah misalnya, meskipun belum terealisasi, merupakan bagian dari contoh konkrit budaya 'diberi', meskipun saat ini anak-anak masih sekolah, tidak mengemis untuk diberi oleh Pemerintah. 

Apalagi jika pemberian tersebut bukan merupakan solusi dari sebuah persoalan. Maka pemberian pulsa bukan pemecahan masalah.

Terlebih, baru-baru ini didapatkan situs pornografi pada materi pembelajaran anak SD. Di mana emak-emak menjerit, melihat adegan dewasa di sebuah situs sebagaimana diberikan oleh Repelita.com hari Jumat, 14 Agustus 2020 kemarin.

Pemberian Pulsa akan dipertanyakan. Di mana relevansi niat baik Kemendikbud  ini dengan konten pembelajaran yang ada? Bagaimana ceritanya koq bisa kecolongan? Inilah yang perlu dijawab.

Jadi, kemiskinan fisik sebagaimana yang terjadi pada anak-anak yang terlantar di pinggir jalan atau di persimpangan lampu merah, barangkali tidak seberapa berat jika dibandingkan dengan miskinnya kualitas materi pembelajaran yang berisi situs pornografi.  

Tugas Guru

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline