Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Relevansi Istilah Sansekerta dengan Nilai Persatuan dan Kebutuhan Zaman

Diperbarui: 11 Agustus 2020   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: linguistikid.com

Saya mau jujur, banyak istilah-istilah dalam Bahasa Sansekerta yang saya tidak paham. Jangankan kami orang Aceh, yang dari luar Jawa. Orang Jawa sendiri saja, banyak yang tidak paham makna: "Ghraha, nugraha, prasetya, karsa, dharma" dan lain-lain.

Saya ungkap masalah yang kelihatan sepele ini, karena dampaknya 'sangat besar' terhadap masa depan profesionalitas dan tuntutan kebutuhan zaman.

Bayangkan. Sementaran negara-negara lain sibuk dengan Ilmu Pengetahuan dan menguasai Bahasa Internasional, kita menerepkan istilah yang bahkan bukan milik kita. Orang lain sudah familiar menggunakan kata "Center", kita gunakan kata "Ghraha".

Padahal, kalau gunakan "Center" semua orang Indonesia dan dunia paham. Akan tetapi, begitu diganti "Ghraha", orang yang sehari-hari nempati gedung itu saja tidak mengerti.
Jadi di mana urgensi menggunakan istilah Sansekerta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini?

Belajar Sejarah

Selama di sekolah dari SD hingga masuk perguruan tinggi, saya menyesal karena tidak ada satu guru Bahasa Indonesia pun yang pernah cerita tentang asal usul dan arti kata "Indonesia". Guru sejarah pun, tidak pernah cerita siapa penemu kata ini.

Guru Bahasa Indonesia tidak juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan "Bahasa" dan syaratnya. Apa bedanya Bahasa Indonesia dengan Bahasa China, Bahasa Jawa, India, Urdu, Arab, Benggal, Thai, termasuk Sansekerta ini. Sementara mereka punya 'huruf', bahasa Indonesia tidak punya. Kita 'pinjam' huruf Latin alias import. Apakah bahasa kita bisa disebut 'bahasa' atau  "Dialek".

Kalau menggunakan murni huruf Latin, bagaimana sebenarnya pengucapan huruf Latin yang benar? Ini juga tidak dijelaskan oleh guru-guru Bahasa Indonesia. Sama-sama menggunakan huruf Latin, mengapa Bahasa Inggris misalnya, melafalkannya beda huruf-huruf: a (ei), b (bi), c (si), d (di), e (i), f (ef) dan seterusnya?

Ini semua mestinya diajarkan di sekolah-sekolah sehingga murid-murid kita paham. Jangan seperti saya yang paham sesudah mencari sendiri informasinya. Barangkali sangat terlambat. Namun tetap lebih baik, dari pada tidak tahu sama sekali.

Ini salah satu kekurangan dalam sistem pembelajaran kita. Akibatnya, bukannya kita makin maju dalam belajar, tetapi mengalami kemunduran. Bahkan Bahasa daerah kita terancam punah.

Demikian pula pentingnya sejarah bahasa di negeri ini. Kita tidak diajarkan tuntas tentang sejarah masuknya Sansekerta. Sehingga kita klaim seolah-olah milik kita. Padahal, Sansekerta milik orang India kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline