Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Dukun dan Pengobatan Alternatif Laris di Era Digital

Diperbarui: 8 Agustus 2020   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Kartinah, pasien Kanker Rahim yang sembuh. Dokpri.

Pengalaman Ibu Kartinah

Dua tahun lalu, Ibu Kartinah, istri Pak Mingan, penduduk desa terpencil di Trenggalek Selatan, Jawa Timur, didiagnosa menderita Kanker Kandungan. Sebuah penyakit 'menakutkan' yang belum ada pengobatan terbaik kecuali yang selama ini dikenal masyarakat luas: operasi atau kemoterapi. Hanya ada dua aternatif itu.

Itupun, tidak ada jaminan sembuh. Semula Bu Kartinah tidak banyak mengeluh karena difikir penyakit biasa. Akan tetapi terlambat, ketika tahu bahwa dia menderita Kanker tidak bisa dideteksi dini sudah stadium II.

Kalau operasi, berarti harus diangkat jaringannya, dalam hal ini Rahim nya. Padahal, belum tentu juga bisa sembuh total. Ada risiko terjadinya penjalaran pada jaringan sekitar. Operasi hanya dilakukan pada stadium dini, sebagai cara paling efektif mengurangi sel ganas dan menghindari penjalarannya.

Sedangkan dengan Kemoterapi, efek sampingnya tidak sedikit. Seorang senior saya yang profesinya sebagai perawat, saat menjenguknya sebelum ajalnya, tubuhnya sangat kurus, kering, muka sudah menciut, rambut gundul. 

Kemoterapi ini dapat juga mempengaruhi sel-sel sehat pada kulit, rambut, timbul rasa nyeri, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak nafas, kelainan detak jantung, perdarahan, mudah terkena infeksi, sulit tidur, depresi, sariawan, konstipasi dan rasa selah sepanjang hari (Alodokter, Kemenkes, 2017).

Kontan, Pak Mingan bingung harus bagaimana. Semua cara ditempuhnya. Dari dukun, terapi alternative, perawat hingga dokter. Semua dilakukan. Yang terakhir, dia mengikuti advis dokter. 

Dari pelosok Trenggalek Selatan, harus bolak-balik ke Blitar, naik turun bukit hanya untuk mencapai jalan raya di Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek guna mendapatkan transport ke kota cari bus, menuju Kota Blitar. Butuh 3 jam lebih perjalanan.

Oleh pihak RS di Blitar disarankan dirujuk ke RS Dr. Saiful Anwar di Malang. Mereka berdua datang ke Malang. Dari RS di Malang disarankan operasi. Pak Mingan dan istrinya setuju. Rencana operasi pun dijadwalkan.

Dalam perjalanan, mereka mampir ke rumah kerabat, yang tidak lain tempat kami tinggal saat ini. Disarankan menemui seorang Kyai di Lawang, tidak jauh dari rumah kami. Konon kyai tersebut biasa mengobati berbagai macam penyakit. Pak Mingan dan Bu Kartinah setuju.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline