Tidak dipungkiri, salah satu tujuan hidup adalah bekerja dengan gaji mapan. Walaupun ada orang-orang yang puas dengan penghasilan seadanya, rata-rata orangtua menyekolahkan anaknya di kampus terkenal dengan jurusan favorit, agar masa depan mereka terjamin. Di antaranya mendapatkan kerja di tempat yang mapan, nyaman, dengan gaji besar.
Perawat, bagi yang belum paham tentang seluk beluk kehidupan dunia profesinya, dikira bayarannya sedikit. Sebetulnya tidak demikian. Profesi apapun ada yang kecil dan ada pula yang besar pendapatannya, tergantung bagaimana yang bersangkutan meramu kehidupan profesinya.
Sama seperti pengusaha. Ada yang kecil, cukup membuat tempe kelas kecil di rumah, dijual di pertigaan kompleks perumahan. Ya memang tidak akan berkembang, jika tidak ada niat untuk mengembangkannya. Pemasukannya ya kecil, betapapun puluhan tahun menekuninya.
Seorang insinyur teknik jebolan kampus ternama, banyak yang tidak menekuni profesinya. Ada yang malah jadi sopir pribadi. Sarjana ekonomi, sebaliknya, ada yang menekuni bisnis real estate, ngurus bahan-bahan bangunan dan terlibat aktif dalam proyek perumahan. Gajinya tentu besar. Koq bisa?
Demikian pula kehidupan perawat. Lebih dari 40.000 perawat dihasilkan setiap tahun di negeri ini. Kemampuan Pemerintah untuk mengangkat menjadi PNS tidak lebih dari 15% nya. Sisanya, sekitar 30.000 orang lebih, harus pintar-pintar mencari peluang. Kejelian mencari peluang ini yang bakal menentukan berapa perawat pantas dibayar.
Secara umum, kriteria besar kecilnya penghasilan perawat bergantung pada: ijazah, pelatihan, spesialisasi, pengalaman kerja, institusi tempat kerja dan negara di mana di bekerja.
Pertama, ijazah. Saat ini, pendidikan profesi keperawatan mulai dari D3, S1, Profesi Ners, Pasca Sarjana dan tingkat S3 (doctoral). Mereka yang sarjana, tentu beda gajinya dengan yang D3. Yang profesi juga beda dengan yang hanya sarjana. Demikian seterusnya. Status registrasi saat ini juga menentukan.
Sebagai contoh kerja di Homecare. Ada yayasan yang mempekerjakan perawat tanpa surat tanda registrasi (STR). Akan tetapi bagi yang memilikinya, beda penghasilan. Secara umum, ijazah ini sangat berpengaruh terhadap besarnya gaji, tetapi bukan satu-satunya factor. Karena ada perawat yang ijazahnya D3, gajinya melebihi S3.
Kedua, pelatihan. Pelatihan ini sangat menentukan karir seorang perawat. Saat ini, pelatihan yang sangat umum adalah Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Sertifikat nya banyak diminta di hampir semua jenis pekerjaan perawat. Namun ada juga pelatihan lain, misalnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Anestesi, Dialisis, Kamar Operasi, Rawat Luka, Hipnoterapi, Occupational Health Nursing, dll.
Pelatihan akan menentukan berapa harga jual layanan jasa keperawatan. Demikian pula kemampuan Bahasa Inggris, kini mulai banyak diminta. Termasuk mengoperasikan computer.
Ketiga, spesialisasi. Beberapa spesialisasi keperawatan yang ada di Indonesia masih terbatas pada: keperawatan Manajemen, Jiwa, Anak, Komunitas, Maternitas, Gawat Darurat dan Medikal Bedah. Pendidikan spesialisasi ini levelnya Pasca Sarjana. Tentu saja akan berpengaruh terhadap besarnya upah perawat. Biasanya mereka yang mengantongi spesialisasi ini dianggap sebagai perawat senior.