Lebaran, selalu istimewa, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Bahwa ada tiga kenikmatan yang diberikan kepada mereka yang berpuasa pada Bulan Ramadan. Yakni saat berbuka puasa, ketika Lebaran tiba, serta pada Hari Akhir nanti.
Sudah menjadi tradisi keluarga kami, di hari Lebaran kami saling berbagi. Minimal dalam bentuk makanan. Kali ini saya berada di rantau. Sedikit rejeki yang saya dapat kapan itu, saya gunakan untuk memberi hadiah Lebaran kepada tiga adik di rumah, nun jauh di Aceh sana. Saya beli offline. Tradisi membeli hadiah Lebaran, bukan hanya pada saya, Mamak juga lebih suka offline. Ada tiga alasan mengapa kami beli memilih beli hadiah Lebaran offline.
Alasan pertama, suasana offline sangat jauh beda dengan online. Secara fisik kami harus keluar rumah, naik motor atau grab/ojek, kemudian jalan kaki. Ketemu tetangga, teman, atau orang lain, bisa sambil 'reunian', ngobrol sekenanya. Menikmati pemandangan malam di alun-alun, trotoar, orang yang lalu-lalang dengan berbagai kepentingan, suasananya pasti beda lah. Apalagi jika belanja malam sesudah Tarawih. Wow lah.....!
Namun sekarang kan beda suasananya? Di tengah wabah Covid-19, orang cenderung 'menarik diri'. Untungya kami tinggal di kota kecil. Tidak seramai kota besar. Meski demikian, suasana Ramadan menjelang Lebaran yang tinggal dua pekan lagi ini, terasa sekali kalau orang-orang sudah mulai sibuk belanja bingkisan, buat yang mereka kasihi.
Alasan kedua, secara fisik, belanja bingkisan offline, bisa memilih langsung. Kalau online, kami hanya melihat lewat foto. Kecuali ada contohnya yang sudah dibeli oleh orang lain sebelumnya. Lagi pula online shopping ini pasnya hanya untuk produk-produk tertentu, yang kita tidak peduli dengan rasa atau aroma, warna, ukuran dan kualitas.
Empat syarat ini bagi saya penting. Rasa, berarti ada kaitanya dengan makanan atau aroma untuk parfum dan sejenisnya. Yang pasti, saya tidak pernah membeli makanan online. Rasanya kurang pas bagi saya. Kecuali mungkin untuk makanan siap saji.
Soal warna, belanja online warnanya bisa jadi lebih indah daripada warna aslinya, karena pengaruh sinar atau cahaya. Ukuran juga demikian. Kadang beda produk beda ukuran. Pakaian khususnya, bagi saya penting soal ukuran ini. Untuk ukuran, Offline solusinya. Dan soal kualitas, yang satu ini umumnya untuk barang-barang elektronik atau elektro. Untungya, saya tidak pernah membeli barang elektronik untuk hadiah lebaran. Selain kurang trendy, duit dalam kantong ini lho gak cukup........
Alasan ketiga, kepuasan sebagai pelanggan. Belanja offline opsinya banyak. Kalau tidak ada di toko yang satu, pindah ke sebelah. Jalan kaki, sekalian 'olahraga' ringan.
Kalau tidak cocok ukuran bisa diganti saat itu juga. Kalau ada yang robek, bisa ketahuan saat itu pula. Kalau mau beli lebih, saat itu pula bisa didapat. Walaupun secara online kadang ada yang menawarkan dijamin bisa ganti barang for free, masalahnya masih butuh waktu dan biaya ongkir. Inilah perbedaan terbesar terkait customer satisfaction (kepuasan pelanggan).
Tanpa mengenyampingkan peran keuntungan belanja online yang bisa efektif dan efisien tanpa harus meninggalkan rumah, tidak ribet, tanpa keluar transport, barang diantar ke rumah, tetap ada perbedaan yang significant, dll; belanja offline untuk bingkisan Lebaran, selera orang beda.
Hemat saya, kembali pada keinginan dan kebutuhan individual. Karena satu orang dan lainnya pasti berbeda. Belum lagi jenis barang, nilai, tujuan serta tingkat urgency nya. Online atau offline sama saja. Bagi saya kriterianya sudah jelas. Untuk membeli bingkisan Lebaran, sejauh ini, saya kayaknya masih lebih 'sreg' milih offline lah. Entah Lebaran tahun depan, mungkin berubah fikiran. God knows ......