Lihat ke Halaman Asli

Menerima Diri Seutuhnya walaupun Sering Dibandingkan

Diperbarui: 1 Oktober 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak kecil saya tinggal ditengah-tengah lingkungan masyarakat yang gemar membicarakan kekurangan orang lain, dimana para tetangga gemar sekali berkumpul sekedar untuk berghibah.

Banyak anak-anak yang menjadi korban ghibahan ibu-ibu, tidak heran jika banyak orang yang malas bersosialisasi, karena setiap bersosialisasi ujung-ujungnya selalu berghibah. Padahal banyak sekali topik pembicaraan yang bermanfaat dan menarik untuk diperbincangkan.

Sejak kecil saya sering dibanding-bandingkan dengan saudara dan anak tetangga, tetapi yang membandingkan diri saya bukanlah kedua orang tua saya melainkan para tetangga dan anggota keluarga yang lain.

Budaya membanding-bandingkan sering saya jumpai di sekolah, dimana banyak murid yang sering dibandingkan oleh guru-guru.

Jadi selama ini kita tumbuh tampa ada yang mendorong bakat individu kita sendiri, dimana kita harus menyesuaikan dan memaksakan standar bakat yang dimiliki orang lain.

Budaya seperti ini sangat berdampak bagi perkembangan sikis anak-anak. Dampaknya apa sih ? "dampaknya yaitu dalam permasalahan self esteem atau harga diri kita". Kita jadi merasa kurang terus, kita jadi merasa butuh validasi dari orang lain, butuh rasa menang, rasanya harus selalu sempurna dalam bidang apapun.

Setiap manusia memiliki kekurangan masing-masing, di dunia ini tidak ada sosok yang sempurna. Mencoba menerima diri sendiri merupakan suatu hal yang sulit akibat kurangnya memahami diri sendiri dan adanya luka batin di masa lalu. Untuk menerima jati diri sendiri juga membutuhkan waktu. Tetapi mencoba menerima diri sendiri, kita akan merasa lebih tenang.

Dua hal yang dapat kita lakukan :

  1. Pahami bahwa setiap orang berjalan di "track" masing-masing. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain merupakan sumber stres, perihal ini lebih banyak sisi negative dibandingkan sisi positifnya.
  2. Berhenti bersaing dengan diri sendiri, lohhh kok gitu sih ? kita juga perlu merayakan atau menghargai apa sih sebenarnya keunikan kita, kebaikan apa yang kita miliki dan hal baik apa yang kita miliki, untuk melepaskan kebiasaan diri kita untuk nge-push diri untuk terlalu ideal, dan terlalu sempurna.

semoga dengan tulisan ini bisa membantu kawan-kawan yang ada diluar sana untuk lebih bisa menerima diri seutuhnya, jangan dengarkan pendapat orang lain yang berdampak negatif terhadap dirimu tetapi carilah seseorang yang dapat memberikan nasihat positif tanpa membanding-bandingkan satu individu dengan individu yang lain. see you next time.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline