Lihat ke Halaman Asli

LGBT, Ancaman Nyata di Depan Mata

Diperbarui: 15 Januari 2018   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

LGBT menjadi pemberitaan dan perdebatan hangat akhir -- akhir ini. Di berbagai media bahkan di stasiun -- stasiun TV nasional akan dengan mudah kita temukan diskusi -- diskusi dan debat 'panas' antara kelompok yang pro maupun yang kontra terhadap perilaku LGBT.  Meskipun LGBT bukan fenomena yang baru ada di Indonesia, namun kasus LGBT belakangan semakin meningkat, gerakannya semakin masif dan mulai menunjukkan eksistensinya di tengah -- tengah masyarakat.

LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender. Gay adalah sebutan untuk laki -- laki yang memiliki orieentasi seksual terhadap sesama lelaki sebaliknya lesbian adalah orientasi seksual antar sesama perempuan. Biseksual adalah seseorang yang memiliki dua orientasi orentasi seksual baik terhadap laki -- laki ataupun perempuan. Sedangkan transgender adalah istilah untuk mereka yang berperilaku dan berpenampilan tidak sesuai dengan gender atau jenis kelaminnya.

LGBT layaknya fenomena gunung es, dimana populasi yang tampak pada data belum seberapa jika dibanding dengan besarnya pupulasi yang tak kasat mat. Berdasarkan estimasi Kemenkes pada 2012, terdapat 1.095.970 LSL (Gay,red) dan lebih dari lima persennya mengidap HIV (Republika.co.id). Populasi ini meningkat luar biasa pesat jika dibandingkan pada tahun 2009 yang mana populasi gay berkisar di angka 800.000 jiwa. Bayangkan seberapa besar jumlah mereka sekarang dengan melihat semakin gencarnya LGBT mengkampanyekan gaya hidup mereka baik secara sembunyi -- sembunyi maupun terang terangan. Dan jelas tujuannya adalah agar LGBT ini bisa diterima dan dilegalkan di Indonesia.

Bukan hanya para pendukung yang semakin gencar mengkampanyekan dukungan terhadap LGBT, bahkan para pelakunya sudah tidak malu lagi untuk tampil di depan umum. Atas nama HAM dan kebebasan mereka mulai lantang menyuarakan keinginan mereka untuk diterima dan diakui keberadaannya. Gerakan yang masif dan terorganisir membuat gerakan dengan lambang bendera berwarna pelangi ini semakin tumbuh subur di Indonesia. Mereka bisa bergerak bebas dengan berlindung di bawah dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Dua jaringan ini yaitu GWLINA dan LGBTQ.

Wajar jika kemudian masyarakat dibuat terperangah dengan jumlah ini, dan memunculkan keresahan di tengah -- tengah masyarakat. Ya, ini terjadi di indonesia, negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim dan menjunjung tinggi nilai ketimuran. Bagi para orang tua yang masih waras tentu wajar jika kemudian menganggap LGBT ini sebagai ancaman bagi keluarga dan generasi bangsa.

LGBT adalah masalah kejiwaan yang bisa disembuhkan, bukan penyakit kejiwaan atau pun bawaan biologis yang yang tidak bisa disembuhkan. Perilaku penyimpang dari LGBT ini tidak bisa dibiarkan apalagi diterima sebagai kewajaran. Jika dibiarkan maka LGBT ini bisa menjadi penyakit sosial yang menular dan tentunya memakan korban. Selain itu, fakta menunjukkan dari sekian banyak kasus HIV -- AIDS, sebagian besar dialami oleh mereka yang memiliki perilaku seks yang menyimpang. Jelas ini ini menjadi ancaman nyata bagi generasi. Indonesia terancam terjadi fenomena depopulasi (pengurangan populasi) akibat prilaku LGBT, yaitu akibat penyakit HIV -- AIDS dan terhentinya proses regenerasi. Tentu saja, bagaimana terjadi regenerasi jika laki -- laki menikah dengan lelaki atau sebaliknya wanita menikah dengan sesama wanita.

Siapapun yang masih berpikiran waras tentu menyadari dan mengakui betapa menjijikannya perbuatan ini. Perbuatan yang pernah terjadi pada kamu Nabi Luth, yaitu kaum sodom yang dilaknat dan berakhir dengan ditimpakannya azab Allah untuk mengakhirinya. Dan seharusnya cukup sebagai peringatan buat kita. Apakah kita ingin mengulang sejarah? Na'uzubillah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline