Lihat ke Halaman Asli

Rida Fitria

An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Musim Ikan Mabuk, Rezeki Nomplok Bagi Nelayan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1375131691452436333

[caption id="attachment_278358" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption]

Beberapa malam ini para nelayan sudah bersiap dengan peralatan tangkap ikan secara massal. Seperti tahun lalu, keunikan alam yang oleh masyarakat lokal pinggiran danau-danau di sekitar kecamatan Klakah kabupaten Lumajang disebut KOYO’ ini juga terjadi di bulan Juli. Hanya saja tahun lalu terjadinya di awal bulan. Sementara Juli tahun ini sudah hampir berakhir, namun alam hanya menunjukkan pertanda. Namun demikian para nelayan sudah bersiap dan menunggu penuh kesiagaan dalam beberapa malam ini di sekitaran Ranu Klakah.

Sebenarnya ada sejumlah danau di lereng gunung Lemongan, namun masyarakat  nelayan yang titen hampir bisa memastikan bahwa fenomena koyo’ hampir bisa dipastikan akan terjadi di danau bernama Ranu Klakah ini.

13751135201423115034

suasana pagi sekitar danau di musim koyo

13751166671572203015

bagi tugas; ibu-ibu yg memasarkan.

Apa Sih Koyo’ itu?

Koyo’ adalah konversi dasar danau yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca tertentu. Jika pada siang harinya panas terik kemudian malam harinya dingin menusuk tulang, maka dini hari sekitar pukul dua bisa dipastikan terjadi fenomena koyo’ atau menguapnya endapan belerang di dasar danau yang menyebabkan oksigen di dalam air danau menipis, sehingga ikan-ikan naik ke permukaan dalam kondisi lemas.

Saat koyo’ terjadi maka berbagai jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan akan mengambang di permukaan air. Para nelayan pun semangat turun ke dalam air sekalipun udara dingin bukan main. Saking banyaknya nelayan yang berlomba meraup rezeki nomplok ini, suasanapun jadi semarak, seolah gelap sama sekali bukan masalah.

1375113957276234600

para ibu sedang membersihkan udang-udang kecil hasil tangkapan suami mereka.

Bagaimana tidak semangat empat lima, ikan segar yang mengambang banyak sekali. Seolah Tuhan sedang bercanda, membagi-bagi rezeki pada kaum sederhana yang sehari-hari kebanyakan mereka memang berprofesi sebagai nelayan. Meski kala musim koyo’ tiba, yang mendapat berkah bukan melulu nelayan namun siapa saja yang mau berusaha dan kuat begadang.

Tentunya yang tidak kuat begadang tetap bisa datang belakangan.  Pagi hari masih akan tersisa sejumlah ikan yang mengambang di permukaan air. Sayangnya tak sebanyak dini hari ketika fenomena koyo’ mulai terjadi. Yeah, mirip pepatah man jadda wajada itu, kurang lebih.

13751143101653610007

beginilah yang datang belakangan...tak banyak lagi yang tersisa.

Tertarik?

Jadi, bagi anda yang ingin kecipratan rezeki nomplok ini, boleh datang kemari. Rutenya mudah kok. Kalau dari arah Surabaya, dari jalan raya protokol arah Probolinggo-Jember, anda bisa berhenti di perempatan Jalan raya Klakah yang oleh masyarakat lokal disebut Stanplat. Dari sini ambil jalur ke kiri, ikuti jalan Linduboyo sampai ke ujungnya. Lalu belok ke kiri, menuju arah desa Tegal Randu. Terus saja ikuti jalan ini sampai anda tiba di sebuah hotel – ada papan nama yang terpampang di pagar, artinya anda sudah sampai di area danau yang bernama Ranu Klakah. Ranu Klakah masuk wilayah desa Tegal Randu.

Kalau dari arah Jember bagaimana? Tinggal belok kanan, rutenya sama kok. Dan kalau masih tersesat juga? Ingatlah peribahasa kuno : malu bertanya sesat di jalan, kebanyakan tanya bakal luaama sampainya. Hehehe.

[caption id="attachment_270012" align="aligncenter" width="300" caption="Ranu Klakah, selain tempat nelayan mencari nafkah, juga tempat rekreasi yang asyik dan murah meriah bagi masyarakat umum"]

13753331501227450580

[/caption]

Selamat Berburu ikan mabuk...

Selamat bakar-bakar ikan...

Tapi ingat ya, jangan buang sampah sembarangan...

----[]----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline