Perekonomian pada sebuah daerah akan berbeda – beda. Hal ini karena potensi yang ada di sebuah daerah berbeda-beda. Potensi tersebut meliputi dari potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Jika suatu daerah unggul di industri, maka daerah tersebut pemegang peranan dalam perekonomian adalah sektor industri. terdapat beberapa daerah dengan sektor unggulan yang ada di daerah tersebut sama dengan daerah sekitarnya. Kesamaan tersebut umunya timbul dari beberapa faktor yaitu keadaan alam maupun geografi suatu adalah yang sama, selain itu juga dipengaruhi oleh mendominannya sebuah sektor pada satu daerah yang akan mempengaruhi daerah lain. Hal tersebut menunjukkan adanya kegiatan ekonomi pada suatu daerah akan berpengaruh terhadap daerah lainnya. kesamaan sektor tersebut, perlu adanya penghubung berupa jaringan transportasi antar daerah-daerah dengan kesamaan sektor. Jalur penghubung tersebut tidak hanya diperlukan dalam hubungan antar daerah dengan kesamaan sektor ekonomi, namun juga diperlukan untuk menghubungkan dari pusat kegiatan suatu wilayah ke pusat-pusat daerah yang ada. Dengan adanya jalur transportasi tersebut dapat mendorong aktifitas perekonomian antar daerah.hal ini karena kelancaran dari penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa (Sjafrizal, 2014).
Adapun studi kasus mengenai kumpulan suatu daerah yang akan memiliki tujuan perekonomian yang sama yaitu Gerbangkertosusila. Dibentuknya kawasan perkotaan Gerbangkertosusila dengan tujuan sebagai pusat perekonomian nasional selain dari Jabodetabek. Gerbangkertosusila terdiri dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Adapun pusat dari kawasan tersebut terdapat pada Kota Surabaya. Dahulu Kota Surabaya menjadi sebuah puas industri. Namun seiring dengan perkembangan dari zaman kota Surabaya berkembang pesat menjadi pusat dari layanan Provinsi Jawa Timur. Sebagai pusat layanan tersebut membuat kota Surabaya tumbuh dengan perkantoran-perkantoran. Industri pada kota Surabaya berada pada derah pinggiran Surabaya seperti Industri Rungkut SIER. Dari hal tersebut kawasan industri tumbuh di sekitar kota Surabaya seperti Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Bangkalan. Dari adanya perkantoran di Surabaya dengan industri di derah-daerah sekitarnya, maka memerlukan sebuah akses transportasi agar dapat menghubungkan dari keduanya. Secara jaringan jalan dari wilayah Gerbangkertosusila sudah memiliki akses dari satu daerah ke daerah lain. Namun tidak semua akses antar daerah memiliki jalur jalan tanpa hambatan (Tol). Adanya jalan tol tersebut dapat mengefisien waktu. Salah satu jalan tol yang baru diresmikan pada tahun 2017 adalah jalan tol Mojokerto-Surabaya.
Jalan Tol Mojokerto-Surabaya dilalui oleh empat daerah yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto. Panjang jalan tol tersebut adalah 36,27 Km. Adapun uraian dari Perseksi yang ada yaitu pada IA Waru-Sepanjang (2,3 Km), Seksi IB Sepanjang-Western Ring Road (4,3 km), Seksi II Western Ring Road-Driyorejo (5,1 km), Seksi III Driyorejo-Krian (6,1 km), Seksi IV Krian-Mojokerto (18,47 km). penyelesaian dan mulainya beroperasi dari setiap seksi terdapat beberapa tahapan penyelesaian, pada 27 September 2011 Seksi IA telah beroperasi, pada seksi IV mulai beroperasi pada 19 November 2015, dan Seksi IB, II, dan III mulai beroperasi pada Desember 2017. Pembangunan tol tersebut menghubungkan antara Tol Jombang-Mojokerto di daerah barat, dan Tol Waru-Juanda dan Tol Surabaya-Gempol di daerah timur. (Basyari,2018). Sebelum adanya pembangunan jalan Tol Surabaya-Mojokerto, penggunan Jalan nasional penghubung dari dua derah tersebut memiliki kondisi secara keyamanan dan ongkos moda transportasi lebih mahal. Berdasarkan penelitian pada arus jalan Mojokerto-Surabaya yang dilakukan (Priyambodo,2015) menyebutkan bahwasannya apda arus jalan tersebut jika di hitung dari Level Of Service menyebutkan pada jalan tersebut masuk pada kategori D. Dimana dari kategori tersebut masuk pada arus mulai tidak stabil. Jika melihat kenyamanan dari aksebilitas manusia dan barang pada jalan tersebut dapat diklasifikasikan pada kondisi yang kurang nyaman dan ongkos tarif biaya tergolong pada tarif yang mahal. Dari segi waktu yang ditempuh dari kedua daerah tersebut dapat dikategorikan dalam kondisi yang lama atau mbembutuhkan waktu yang lama. Dari Penelitian tersebut sebelum adanya jalan Tol Surabaya-Mojokerto, Jalan nasional dapat disimpulkan memiliki kondisi akses yang kurang. Oleh karena itu dengan adanya pembangunan jalan Tol dapat meningkatkan akses yang ada dan mengurangi beban jalan nasional Surabaya-Mojokerto. Jalan nasional Surabaya-Mojokerto memiliki tingkat volume kendaraan yang tinggi akibat dari jalan tersebut merupakan akses pada daerah jawa timur bagian timur untuk kearah Jawa Tengah.
Setelah adanya pembangunan jalan Tol Surabaya-Mojokerto maka dapat mempengaruhi dari kegiatan perekonomian dari kawasan perkotaan Gerbangkertosusila yang lebih di fokuskan sebagai penunjang kegiatan ekonomi dari Mojokerto dan Surabaya. Namun adanya pembangunan jalan tol tersebut tidak hanya sebatas hubungan antar daerah tersebut, tetapi beberapa daerah lain di Gerbangkertosusila juga akan berdampak. Mojokerto yang terkenal akan kondisi alam yang berpotensi dalam pengembangan wisata alam dan agroindustri. Sebagai pemilik potensi Wisata alam yang tidak di miliki oleh Surabaya menjadikan banyak masyarakat Surabaya yang berwisata ke Mojokerto. Hal terssebut dibuktikan dalam penelitian secara observasi dengan melihat hari libur pada daerah kabupaten Mojokerto di penuhi oleh kendaraan dengan nomor polisi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Dari hal tersebut adanya tarikan dari Kabupaten Mojokerto dalam bidang wisata. Selain itu adanya kegiatan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dari setiap daerah berupa penyaluran barang dan jasa. Pada Kota Surabaya yang memiliki berbagai teknologi yang maju, namun tidak memiliki hasil pertanian dan kabupaten Mojokerto memiliki Agroindustri dan Kurangnya teknologi yang maju. Dari kelebihan dan kekurangan masing-masing daerah tersebut sehingga terjadinya mobilitas barang dan jasa. Maka dari itu untuk meningkatkan kegiatan ekonomi tersebut pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto sudah tepat.
Keuntungan secara ekonomi tidak hanya pada akses dari kegiatan ekonomi yang ada, namun juga dapat di ukur berdasarkan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan tol. Berdasarkan perhitungan trip assignment perkiraan perpindahan volume kendaraan dari jalan nasional Surabaya-Mojokerto ke jalan Tol sebesar 50,109% dari jalan Taman; dari jalan Trosobo sebesar 50,538%, dari jalan Sidorejo sebesar 50,509% dan dari jalan Bypass Krian sebesar 50,394%. Dari perkraan perpindahan volume kendaraan tersebut, maka dapat mengurangi volume pada jalan Nasional Mojokerto-Surabaya. Berdasarkan perhitungan biaya operasional kendaraan (BOK) dan nilai waktu selama umur rencana jalan tol didapatkan hasil penghematan BOK sebesar Rp32.572.208.099.462 pada seksi IAB; Rp35.151.492.836.905 pada seksi II; Rp44.652.758.023.563 pada seksi III; dan Rp85.470.876.990.443 pada seksi IV. Secara analisa finansial didapatkan jumlah penghematan NPV Rp 6.413.169.672.908 pada seksi IAB; Rp 2.699.504.912.186 pada seksi II; Rp 3.840.297.381.861 pada seksi III dan 9.704.112.237.676 pada seksi IV (Yanuar,2017). Dari analisis ekonomi tersebut pembangunan jalan tol dapat dikatakan layak. Hal ini dikarenakan manfaat yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan atau pendapatan yang didapat dari tarif tol lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan
Pembangunan dari Jalan Tol Surabaya-Mojokerto tidah hanya berdampak pada kegiatan ekonomi yang ada. Namun juga berdampak pada masyarakat sekitar jalan tol tersebut. Salah satu wilayah yang berdampak pada pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto adalah Kecamatan Jetis, Mojokerto, Kecamatan Wringinanom, Gresik, dan Kecamatan Taman, Sidoarjo. Adapun aspek-aspek yang dapat berubah melipusi aspek sosial dan ekonomi. Pada Kecamatan Taman yang terletak pada Desa Bebekan pada aspek sosial Kebiasaan masyarakat Desa Bebekan mengalami perubahan bahwasannya masyarakat tidak lagi melakukan kegiatan gotong royong. Namun berdasarkan aspek ekonomi pada daerah tersebut pada pendapatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak berpengaruh (Hadiyanti, 2019). Hal ini diakibatkan bahwasanya desa bebekan memiliki karakteristik masyarakat perkotaan akibat dari perkembangan kota Surabaya. Hal ini beberbeda pada masyarakat kecamatan jetis. Bahwasanya berdasarkan aspek sosial mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut terletak pada mata pencaharian. Meskipun sebagian besar tetap menjadi petani, tetapi tidak sedikit dari mereka yang beralih profesi menjadi pedagang dan sopir bahkan ada yang menganggur. Berdasarkan aspek ekonomi pada kecamatan Jetis mengalami banyak perubahan. Pendapatan mereka yang utama dari sektor pertanian mengalami banyak penurunan karena lahan pertanian yang berkurang (Intanni, 2016). Dari Hal tersebut dapat dapat di simpulkan bahwasannya pada Kecamatan Jetis secara umum mengalami gangguan terhadap pembangunan Jalan Tol. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kecamatan jetis yang sebagian besar adalah petani, sehingga tidak siap dalam adanya suatu perubahan. Hal tersebut sama seperti pada Pada Kecamatan Winginanaom. Bahwasanya pada wilayah tersebut pada aspek sosial terdapat gangguan bahwasannya penduduk yang rumahnya dibebaskan terpaksa pindah ketempat lain sehingga hubungan antar masyarakat sekitar menjadi renggang. Secara Ekonomi sebagian besar penduduk pendapatannya menurun setelah pembebasan lahan (Dewitasari, 2016).
Dari uraian diatas, adanya pembangunan Tol Surabaya-Mojokerto dari segi ekonomi antar daerah bagi Wilayah Perkotaan GerbangKertosusila menguntungkan untuk memperlancar akses transportasi hasil produksi barang dan jasa, namun jika berdasarkan segi masyarakat terdapat beberapa masyarakat di daearah Mojokerto dan Gresik merasa merugikan dari pembangunan tersebut. kerugian tersebut akibat dari ketidaksiapan masyarakat akan suatu perubahan yang besar, sehingga perlu adanya pembinaan bagi masyarakat tersebut
Sumber:
Sjafrijal. 2014. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pres
Basyari, Iqbal.,Hidayat, A. R. 2017. Tol Surabaya-Mojokerto Bangkitan Perekonomian Luar Surabaya. Kompas. Diakses Pada 30 Oktober 2022. Pada https://www.kompas.id/baca/utama/2017/12/19/tol-surabaya-mojokerto-bangkitkan-perekonomian-luar-surabaya?status=sukses_login&status_login=login.
Priyambodo. 2015. Analisis Aksesibilitas dan Level Of Serfice Angkutan Jalan Lintas Surabaya – Kediri Line. Jurnal Litbang. Warta Penelitian Perhubungan. 27(2).