"Mari di minum Mam, maaf seadanya saja. Sarah," Tawar ibu tadi sembari memperkenalkan namanya.
Perbincangan berlanjut hingga hujan redah, dan kami menuju rumah kepala adat yang dimaksud.
Di rumah kepala Adat
Aku melihat kepala adat tersebut mengangguk-angguk saja sembari sesekali mengarahkan pandangannya kepadaku saat pak Guntur menjelaskan dengan bahasa daerah mereka terkait kedatanganku. Tak sedikitpun kupahami apa yang mereka diskusikan, sekalipun mereka berbicara di hadapanku. Sesekali kepala adat tertawa ke arahku, akupun ikut tertawa kecil.
"Oh, jadi Mam dari jauh sana, mau tinggal di sini? Bagus itu, tak banyak yang mau tinggal di sini termasuk orang kampung sendiri. Haha. Nanti Mam bisa tinggal di rumah kosong di Selatan rumah ini. Ada dua rumah kosong di sana. Mam bisa pilih, terserah Mam mau tinggal di rumah yang mana," kira-kira begitu sambutnya padaku dengan bahasa indonesia dan logat bahasa daerahnya yang samar-samar kupahami.
Kegiatan sehari-hariku
Hampir setiap hari aku mengikuti kegiatan warga kampung terutama bermain dengan anak-anak. Bagaimana tidak, pagi-pagi sudah ada yang duduk di tangga depan rumah panggung sembari teriak-teriak kecil mengajakku keluar dan bermain. Aku juga mengikuti kegiatan bapak yang satu dengan bapak yang lain hingga kegiatan ibu-ibu dan pemuda. Kegiatan bersama di kampung, termasuk kegiatan adat dan bahkan keagamaan.
Aku senang bisa belajar bahasa daerah mereka dari anak-anak kampung itu. Inilah mungkin yang sering orang luar sebut "learning by doing". Dari bahasa yang sering dipakai hingga kata-kata terlarang untuk diucapkan anak kecil pun sering mereka sampaikan sebagai bahan candaan mereka, bukan untuk mengolok.
Biasanya pagi aku bermain dengan anak-anak. Sore olahraga dengan pemuda. Malam berburu dengan bapak-bapak. Maaf, tengah malam maksudku, sekitar jam 2 pagi. Biasanya pulang jam 5-6 pagi atau bisa lebih cepat jika sudah mendapat hasil buruan.
Aku juga ikut kegiatan menganyam atau memancing ikan dengan ibu-ibu di kampung. Atau bahkan, sesekali ikut, mencari kayu bakar untuk memasak.
Aku mendapati setiap hari warga kampung sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Akan tetapi robot-robot tersebut juga terus berlari ke sana-sini menghibur anak-anak ditengah kesibukan warga kampung. Lantas siapa yang mengoperasikannya? Rasa penasaranku kutanam dalam-dalam, "suatu saat aku pasti mendapat cerita dari mereka dengan sendirinya," pikirku.
Bersambung... (Di balik robot penghibur #4)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H