Lihat ke Halaman Asli

Menjawab Surat Dari Ahmad Fadilah (Balasan Atas Surat Ahmad Fadilah, Mengatasnamakan Forum Mahasiswa Indonesia yang Ditujukan ke Ketua DPR RI)

Diperbarui: 21 Maret 2016   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ketua DPR RI Ade Komaruddin berpose bersama di gedung DPR RI usai melakukan sidak terhadap renovasi beberapa ruangan di gedung Nusantara"][/caption]

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa.

Salam sejahtera saya sampaikan pada mahasiswa seluruh Indonesia yang masih menggunakan akal sehat, masih mencintai kebenaran dan masih suka baca buku serta masih menfungsikan nalar idealismenya di jalan yang di ridhoi Tuhan dan sejarah. Kehornatan dan kemuliaan bagi-Mu para pemimpin bangsa dan guru-guru yang mengajarkan kebijaksanaan.

Tulisan ini saya khususkan untuk sahabat saya Ahmad Fadilah, seorang mahasiswa yang rajin ke kampus dan khusuk mendengarkan dosennya berceramah. Hal ini tercermin dari sebuah surat ditulisnya yang ditujukan pada Ketua DPR RI Ade Komaruddin (Lihat Surat Terbuka Untuk Ketua DPR RI). sebuah tulisan yang gegabah, tidak berdasarkan data dan fakta empiris, dan juga tidak menggunakan methodelogi eksploratif yang dapat dijadikan acuan berargumen.

Dengan demikian, saya dapat menyimpulkan bahwa Ahmad Fadilah ini adalah seorang mahasiswa baru, seorang pelajar yang baru duduk dibangku perkuliahan. Tercermin dari bangunan epistemologinya yang belum terstruktur dengan benar dan logika yang masih rapuh. Selain itu, dengan memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas, Ahmad Fadilah juga merupakan mahasiswa yang kurang membaca buku-buku sosial, politik, filsafat dan hukum, mungkin karena keasikan mengikuti perkuliahan dan mengejar nilai SKS, atau karena larut dalam ceramah dosen yang kebetulan jarang baca buku atau karena asik mejeng dengan pacarnya di pusat perbelanjaan.

Tidak hanya itu, lelaki polos ini juga terlihat kurang membaca berita, jarang meng-update informasi-informasi terbaru mengenai sosial-politik, yang begitu dinamis setiap harinya. Sebab dinamika sosial dan kejadian-kedian politik di negeri ini sangat fariatif, terjadi begitu cepat, setiap detik mengalami perubahan dan pergantian issu, setiap saat ribuan berita yang diposting oleh ratusan macam media di Indonesia. Jika kita absen terhadap derasnya arus informasi dan kejadian-kejadian politik tersebut maka jadilah manusia yang “asal omong”.

Ciri orang yang jarang baca buku, jarang diskusi, jarang baca koran dan jarang memperbaharui informasi adalah ketika dia bicara tidak berdasarkan fakta, ketika bicara selalu mendasari argumennya dengan asumsi-asumsi yang dikarang bebas tanpa pertimbangan logis, ketika bicara samasekali tidak memiliki data-data yang akurat dan bisa diterma akal sehat, ketika bicara ibarat orang mabuk dia kehilangan akal sehatnya. Dan orang-orang seperti ini secara psiko-logika disebut “pemalas”, dan sungguh sangat memprihatinkan jika hal itu diidap oleh seorang mahasiswa seperti Ahmad Fadilah, sungguh sangat ironis dan memalukan bagi mahasiswa dan bagi kampus yang dia tempati.

Untuk itu, berikut saya akan menjawab “tiga asumsi” yang Ahmad Fadilah tulis dalam suratnya tersebut, yang bagi saya surat tersebut sesungguhnya tidak perlu ditanggapi, namun terpaksa saya lakukan, sebagai seorang sahabat dan sesama mahasiswa untuk menegur atau semacam nasehat dari agar Ahamad tidak mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari.

Pertama, 1. 3 bulan kepemimpinan Bapak belum menghasilkan hal-hal yang substantive; 2. Terkait dengan adanya isu Gratifikasi Pesawat Jet yang sempat ramai di media, sejauh ini kami belum mendengar klarifikasi langsung dari Bapak terkait hal tersebut (??).

***Jawaban: 1). Saat Ade Komarudin resmi dilantik sebagai ketua DPR Senin 11 Januari 2016, menggantikan posisi Setya Novanto yang mundur akibat tersandung skandal PT Freeport Indonesia yang dikenal dengan kasus “Papa Minta Saham”. Belum genap sehari dilantik langsung membuat gebrakan yaknimengurangi masa reses dari sebelumnya satu bulan menjadi hanya dua pekan saja. Selain itu meniadakan kunjungan ke luar negeri (kunker) yang dinilai mengganggu kinerja legislasi, termasuk studi banding yang kerap kali menjadi alasan bagi anggota DPR dalam melakukan perjalanan ke luar negeri. Dari pengurangan kunker ke Luar Negeri itu, Sekjen telah menghitung terdapat pengurangan alokasi sebesar Rp139.190.826.000,. Hasil pengurangan itu adalah dari alokasi anggaran kunker ke luar negeri sebelumnya mencapai Rp360 miliar, maka dana yang dibutuhkan untuk kunker saat ini sebesar Rp221 miliar. Aturan baru ini sendiri ada pengecualian bagi komisi yang bergerak langsung dengan urusan luar negeri yakni Komisi I, Komisi VIII yang berurusan dengan ibadah haji serta BKSAP. (Baca Pangkas Kunker ke Luar Negeri, DPR Irit Rp139 Miliar)

Selain itu meningkatkan kebersamaan dengan seluruh fraksi. Dimana kita tahu betul bagaimana konflik dan dinamika yang terjadi di DPR, terbentuk dua faksi yang saling berkonflik antara kubu KIH dan KMP dan hal itu mengganggu konsentrasi dan kinerja parlemen. Kekompakan tersebut tidak bisa diselesaikan dalam rangka menjalankan tugas kedewanan semata, tentu forum-forum informal rutin dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline