Lihat ke Halaman Asli

Harta Karun Tanah Papua

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422456477257616981

[caption id="attachment_393762" align="aligncenter" width="567" caption="Sumber Foto : Tambang Freeport di Papua (Kompas/Agus Susanto)"][/caption]

Setelah Perang Dunia ke-2 berakhir dipertengan tahun 1945, negara-negara yang terlibat di Perang Dunia ke-2 kesulitan memperbaiki ekonomi mereka, termasuk juga Amerika Serikat. Pasca Perang Dunia ke-2, ekonomi Amerika benar-benar memburuk, terjadi inflasi besar, tingkat perkerjaan yang rendah, dan mengharuskan Amerika memutar otak mencari solusi bagaimana mengatasi masalah ekonomi mereka. Kemudian muncullah ide untuk mencari dan mengumpulkan emas dan logam muliah lainnya, karena emas bisa menjadi penopang ekonomi berbeda dengan mata uang yang kursnya bisa berada di angka rendah, sedangkan emas menjadi primadona dan semua orang ingin memilikinya dan harga emas pun tetap stabil. Alasan inilah yang membuat Amerika ingin mengumpulkan sebanyak-banyaknya emas. Amerika sendiri mengirim para ahli Geologi mereka ke seluruh penjuru Bumi, guna mencari negara-negara yang memiliki kekayaan alam emas dan logam lainnya.

Pada tahun 1960, Forbes Wilson (direktur Freeport saat itu) adalah orang yang melakukan ekspedisi ke Irian Barat (Papua) dan menemukan harta karun melimpah di ketinggian pegunungan Jayawijaya dan sekitarnya. Ekspedisinya ini kemudian ditulisnya dalam buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Selain itu Forbes Wilson juga terkejut dengan temuannya, karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut juga menyimpan bijih emas dan perak.

Setelah Perang Dunia ke-2 usai bukan berarti dunia sudah benar-benar aman. Muncul lagi perang baru yang dikenal dengan Perang Dingin. Perang ini ialah "perang saraf" yang lebih cenderung dalam persaingan antara Amerika Serikat dan Rusia, yakni persaingan teknologi persenjataan, persaingan di bidang penjelajahan luar angkasa, dan persaingan ideologi. Dan tentunya ini menimbulkan ketegangan besar terhadap dunia. Kemudian terjadilah 2 gerakan Blok yaitu gerakan Blok Barat (imprialisme) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan gerakan Blok Timur yang dimotori oleh Rusia.

Freeport yang telah menemukan kekayaan alam berupa emas, tembaga, dan perak di Papua dan bisa menopang perekonomian Amerika nantinya. Oleh karena itu Amerika berniat berinvestasi di Indonesia dan ingin menggarap emas, tembaga dan perak yang ada di Papua. Akan tetapi impian besar itu pudar dengan adanya sikap Presiden Soekarno yang Anti Kapitalisme Barat dan Amerika melihat Presiden Soekarno yang lebih cenderung berdiplomasi dengan negara-negara Blok Timur. Hal ini akan membuat Amerika kesulitan untuk masuk berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 1961, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolahan minyak dan tambang-tambang asing di Indonesia. Minimal sebanyak 60% dari keuntungan perusahan asing harus menjadi jatah rakyat Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka gerah dengan peraturan itu. Akibatnya skenario jahat para elit dunia akhirnya mulai direncanakan untuk menggulingkan rezim Soekarno.

Melalui CIA (badan intelenjent Amerika Serikat) melakukan operasi-operssi rahasia di Indonesia untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno. CIA kerap terlibat dalam propaganda di beberapa wilayah untuk melepaskan diri dari Indonesia. Seperti di Kalimantan Utara, CIA bekerja sama dengan Inggris, Australia dan New Zealand untuk membantu Malaysia, yang pada akhirnya Kalimantan Utara bergabung dengan Malaysia. Dan sampai sekarang CIA juga terlibat propaganda di Papua yang dikenal dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Hal ini tentunya membuat Soekarno marah besar kepada Amerika, Inggris, Australia dan New Zealand di forum PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dan sebagai protes terhadap mereka pada tanggal 7 Januari 1965 Soekarno mengambil sikap Indonesia keluar dari PBB.

Amerika kerbakaran jenggot, kalau OPM tidak merdeka, maka apapun yang terjadi Soekarno harus digulingkan dari kekuasaannya. Dengan segala cara Amerika kembali melakukan propaganda untuk menjatuhkan rezim Seokarno dari kekuasaan. Amerika melihat Soekarno yang gemari dengan wanita-wanita cantik dan muda. Mulailah Amerika membuat film porno yang pemerannya menyerupai Soekarno. Hal ini demi menurunkan citra Soekarno di depan mata rakyat Indonesia. Namun hal itu tak kunjung berhasil untuk menjatuhkan rezim Soekarno. Selanjutnya CIA dengan mencari informasi-informasi terhadap orang-orang Indonesia yang membenci Soekarno dan targetnya harus para elit yang cukup mempunyai pengaruh. Dan didapatilah orang tersebut yakni seorang perwira tentara Mayjen Soeharto. Waktu itu Seoharto berambisi untuk menjadi panglima ABRI, sementara Presiden Seokarno yang mengangkat Soedirman sebagai panglima ARBI, timbullah kebencian Soeharto kepada Soekarno, dan kebencian itulah yang dimanfaatkan CIA untuk menjatuhkan rezim Soekarno. Soeharto sendiri dijanjikan akan berkuasa sebagai presiden Indonesia jika bekerja sama dengan Amerika untuk menjatuhkan rezim Soekarno.

Soeharto menjadikan PKI sebagai kambing hitam untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno. Pada tanggal 30 September 1965 anak buah Soeharto dengan “bertopeng” PKI melakukan aksinya dengan membunuh perwira-perwira Jendral ABRI yang merupakan orang-orang dekat yang setia dengan Soekarno, dan peristiwa ini kemudian dikenal dengan G30S (Gerakan 30 September). Soeharto menuduh PKI telah melakukan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno, padahal PKI sendiri merupakan pendukung Soekarno dan tuduhan itu sulit dimengerti oleh orang-orang PKI.

Dengan bantuan persenjataan Amerika, Soeharto memerangi dan membasmi PKI. Mereka yang memajang foto Soekarno di rumah-rumah mereka pun dianggap sebagai PKI yang belum tentu mereka merupakan anggota PKI. Mereka dieksekusi mati tanpa melalui proses pengadilan. Kurang lebih 3 juta jiwa melayang begitu saja. Soekarno sendiri ditangkap dan diasingkan.

Supersemar atau yang dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 dengan memelintir dan mengubah yang pada akhirnya isi dari surat perintah itu disalahartikan. Dalam Supersemar, Soekarno sebenarnya hanya memberi mandat untuk mengatasi keadaan negara yang kacau-balau kepada Soeharto, bukan justru menjadikan Seoharto menjadi seorang presiden.

Setelah kekuasaan Soekarno berhasil digulingkan dan Soeharto menggunakan Supersemar sebagai alat untuk menjadikannya presiden ke-2 Indonesia. Maka Freeport merupakan perusahan asing pertama yang kontraknya ditandatangani oleh Soeharto pada tanggal 7 April 1967 dan pada tahun 1971 Freeport mulai beroperasi. Dan sejak itulah Indonesia menjadi negara yang sangat tergantung terhadap Amerika, hingga kini, dan “mungkin” selamanya jika tidak ada perlawanan terhadap kapitalisme. Freeport sendiri merupakan ladang uang haram bagi pejabat negeri di jaman Orde Baru dan mungkin hingga kini. Banyak peristiwa sejarah yang dimanipulasi, pembohongan publik dilakukan secara masif dan terstruktur di jaman Orde Baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline