Lihat ke Halaman Asli

Kasus Pembunuhan Eno: Misteri Pemilik Cangkul & Inikah Otak Dibalik Kematian Eno?

Diperbarui: 4 April 2017   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korban semasa hidupnya (Dok: detik.com)

Setelah ditetapkan sebagai tersangka, ketiga pelaku pemerkosaan di sertai dengan pembunuhan terhadap Eno Fariah (18), kemarin sore langsung melakukan adengan rekonstruksi perkara di lokasi kejadian perkara di mes karyawati Pergudangan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Dalam adengan tersebut ketiga tersangka melakukan 31 adengan. Juga diketahui bahwa hp korban dikuasai oleh RA, pacar korban.

Dari hasil pemeriksaan luar dinyatakan bahwa korban mengalami luka terbuka di bagian pipi kanan, luka lecet pada pipi kiri dan kanan, memar pada bagian bibir atas dan bawah, luka lecet pada bagian leher, luka terbuka dan pendarahan pada organ intim yang diakibatkan kekerasan dengan benda tumpul (cangkul), luka lecet pada bagian dada kiri dan kanan serta kedua puting susu yang dikelilingi memar melingkar akibat bekas gigitan, luka diakibatkan 90% gagang cangkul masuk ke dalam alat vital, leher patah akibat dihantam dengan cangkul.

Dari hasil otopsi, patah tulang pipi kanan berlubang, patah di bagian tulang rahang kanan, luka terbuka yang menebus lapisan penutup rongga panggul penggantung urat besar di bagian kanan, robeknya hati sampai belakang bawah menembus ke atas dekat rongga dada, robeknya paru-paru kanan atas sampai bawah, pendarahan pada rongga dada dan rongga perut. Itulah berdasarkan hasil autopsi dalam terkait kondisi terakhir Eno yang tewas akibat gagang cangkul yang dimasukan ke dalam alat vitalnya.

Namun setelah sebelumnya dalam proses pra-rekonstruksi yang dilakukan terhadap tiga tersangka, dimana dalam pra-rekonstruksi tersebut para tersangka memberikan pengakuan yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan akal sehat. Salah satunya adalah bahwa secara tiba-tiba bisa menemukan cangkul di luar kamar korban, yang jarak penemuan cangkul tidak terlalu jauh dari kamar korban.

Setelah melihat begitu banyak keanehan dalam pra-rekonstruksi. Kemarin penyidik Polda Metro Jaya melakukan rekonstruksi terhadap 3 tersangka dengan total 31 adengan. Nah, dari pengakuan para tersangka, timbul lagi kejanggalan terbesar yakni pengakuan tersangka yang menyebut bahwa di antara mereka bertiga (pelaku) tidak saling mengenal satu sama lain. Aneh dan janggal apabila pengakuan ketiga tersangka yang menyebut tak saling mengenal satu sama lain tetapi bisa secara bersama-sama pada malam itu juga di kamar korban.

Penyidik harus kembali meminta keterangan para tersangka agar memberikan keterangan yang sejujur-jujurnya agar ini bisa terungkap secara jelas dan utuh mengenai siapa otak dibalik pembunuhan berencana ini sebenananya?

Otak pembunuhan yang dilakukan secara terncana ini harus diungkap oleh penyidik. Apakah RA, apakah R, apakah IH? Saya yakin di antara ketiga pelaku ini, salah satunya adalah otak dibalik pembunuhan paling sadis yang pernah terjadi di negeri ini. Karena perjumpaan ketiganya tepat pada Kamis malam di mana hari terjadinya pembunuhan sadis itu.

Pengungkapan siapa otak atau aktor intelektual menjadi penting dalam sebuah kasus. Apalagi dalam kasus ini diketahui bahwa yang barusan tiba di depan kamar korban tibanya secara bersama-sama di depan kamar korban? Nah, inilah yang harus dilidik lebih jauh lagi untuk memastikan sejak kapan rencana untuk menghabisi korban ini muncul dalam pikiran ketiga pelaku?

Karena kebiadaban para pelaku yang terjadi pada Kamis malam diyakini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, hanya saja saat ini penyidik masih kurang dalam mengali atau meminta keterangan para pelaku agar bicara jujur dan apa adanya. Penyidik bila perlu melakukan pemeriksaan konfrontasi. Konfontasi penting dilakukan terhadap tiga tersangka karena aneh bin ajaib apabila tidak ada otak dibalik pembunuhan yang memang sedari awal sudah direncakan ini.

Menjadi aneh bin ajaib karena ketiga pelaku seolah-olah sudah tahu apa yang mesti dilakukannya terhadap korban saat korban sedang terlelap. Penyidik haru melebarkan penyidikan terhadap IH. Mengapa harus IH? Karena dari pengakuan para pra-rekonstruksi, IH masuk ke dalam lalu kemudian langsung membekap korban dengan bantal.

Bantal menjadi objek untuk membuat korban menjadi tidak berdaya dan lemas akibat sulit bernafas akibat dekapan bantal oleh IH. Penyidik harus melidik lebih jauh lagi mengenai kemungkinan IH ini yang menjadi otak di balik pembunuhan berencana ini. Mengapa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline