Lihat ke Halaman Asli

4 Alasan Utama Ridwan Kamil Tak Maju di DKI-1

Diperbarui: 7 Februari 2016   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bursa menuju DKI-1 (Dok: Detik.com)"][/caption]Gegap gempita pelaksanaan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta sudah mulai dirasakan. Partai politik pun terus melakukan manuver untuk mencari calon yang bisa menandingi Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Berbagai upaya pun dilakukan agar calon paling potensial mengalahkan Ahok tertarik maju dan masuk dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta. Basuki Tjahaya Purnama pun telah memastikan bahwa akan maju melalui jalur independen, begitupun dengan Yusril Ihza Mahendra yang juga akan maju melalui jalur independen dengan meniru gaya Ahok, yakni mengumpulkan fotocopi KTP masyarakat DKI sebagai bentuk dukungan terhadap pakar hukum tata negara sekaligus Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB).

Bahkan pada saat perayaan Ulang Tahun Gerindra yang ke-8 yang juga dirayakan di DPC Gerindra Bandung kemarin politikus Gerindra masih mencoba untuk merayu Ridwan Kamil agar mau bertarung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dari partai Gerindra, namun tetap saja Ridwan Kamil sama sekali tidak memberikan sikap apapun. Yang ada justru Ridwan Kamil menyatakan bahwa ia tidak mengejar kekuasaan dan jelas ini menguatkan sikap Ridwan Kamil selama ini bahwa ia akan tetap menjadi Walikota Bandung , menolak tawaran Gerindra dan akan maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat untuk periode mendatang. Ada 4 alasan mengapa Ridwan Kamil tidak akan masuk dalam bursa Pilgub DKI Jakarta.

Pertama. Ridwan Kamil mampu menunjukkan keseksiannya bak seorang gadis yang amat cantik sehingga membuat semuanya tertarik untuk meminangnya. Sayang beribu kali sayang, Ridwan Kamil sama sekali tidak tertarik untuk menerima pinangan dari sejumlah partai politik yang hendak meminangnya dan mencalonkannya sebagai Cagub DKI Jakarta, termasuk Gerindra. Karena Ridwan Kamil melihat peluang dan potensinya di Jakarta untuk menang adalah kecil. Kecilnya peluang karena lawan yang akan dihadapinya adalah Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang sudah menunjukkan dan membuktikan kinerjanya dalam mengelola birokrat pemerintahan DKI Jakarta dengan prinsip keterbukaan terutama menyangkut anggaran.

Kedua. Ridwan Kamil lebih mempertimbangkan untuk maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat untuk periode mendatang. Karena potensi kemenangan Ridwan Kamil untuk meraup suara warga Jawa Barat lebih besar peluangnya ketimbang di Jakarta. Ini tak lain disebabkan karena masyarakat DKI Jakarta berbeda karakteristik dengan masyarakat di Jawa Barat. Bagi masyarakat DKI Jakarta kepemimpinan Ahok yang tegas, keras dan tak kompromi selama ini sudah cukup membuktikan kemampuan Ahok dalam mengelola anggaran daerah juga menghadirkan perubahan di ibukota negara ini. Sedangkan Ridwan Kamil bagi masyarakat DKI Jakarta masih dianggap baru akan memulai.

Ketiga. Sikap Gerindra yang seolah-olah terus mengejar-ngejar Ridwan Kamil bahkan mengultimatum Ridwan Kamil agar mendeklarasikan maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari Gerindra sebelum 20 April dan ini dianggap oleh Ridwan Kamil tidak akan berhenti disitu saja. Ridwan Kamil mampu membaca dan melihat keinginan Gerindra kedepannya yakni agar dapat dikendalikan oleh fraksi di DPRD DKI Jakarta. Ridwan Kamil cukup belajar dari pengalaman Ahok yang terus-terusan diganggu oleh DPRD DKI Jakarta ketika tak mau dijaka bekerjasama soal anggaran. Terutama soal penyusunan anggaran, sehingga Ridwan Kamil lebih memilih menghindari resiko di Jakarta dan lebih memililih akan bertarung dalam memperebutkan Jabar-1 bukan DKI-1. 

Keempat. Ridwan Kamil tak mau gegabah menuruti kehedak Gerindra dan oleh sebab itulah sikap diam Ridwan Kamil selama ini bisa diartikan sebagai bentuk bahwa Ridwan Kamil hanya ini terus membenahi kota Bandung hingga saatnya tiba Pilgub Jawa Barat, maka Ridwan Kamil akan maju sebagai kandidat calon Gubernur Jawa Barat. Ridwan Kamil ingin menunjukkan kepada warga Jawab Barat bahwa ia bukanlah kutu loncat, karena jika Ridwan Kamil meloncat ke Jakarta dan mengalami kekalahan, Maka peluang kemenangan Ridwan Kamil menjadi Gubernur Jawa Barat pun akan tertutup rapat. Karena yang diinginkan oleh masyarakat Jawa Barat saat ini adalah Ridwan Kamil terus bekerja dan maju pada saat Pilgub Jawa Barat, dan potensi kemenangan Ridwan Kamil pun cukup besar hingga 60%.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline