Lihat ke Halaman Asli

Saudi Arabia-Iran Makin Panas, Misi Jahat AS-Rusia, dan Upaya Perdamaian oleh Presiden Jokowi

Diperbarui: 10 Januari 2016   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saudi Arabia-Iran makin panas (Dok: Detik.com)"][/caption]Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah kembali memanas setelah Saudi Arabia memutuskan untuk mengeksekusi mati ulama terkenal syiah, Nirm al Nirm. Ketegangan makin memanas setelah Kedutaan Besar Saudi Arabia di Teheran, Iran diserang oleh pasukan udara oleh pasukan tempur Iran. Tak hanya itu tensi politik dan suhu politik di Timur Tengah kini naik hingga 400°C

Dan menjadi tidak terbendung lagi hingga hari ini. Beberapa negara sudah diputuskan hubungan bilateralnya oleh Saudi Arabia. Antara lain Yordania, Iran, Qatar dan Kuwait pun ikut diputus hubungannya oleh Saudi Arabia. Dunia internasional marah besar dan mengencam tindakan yang diambil oleh Saudi Arabia yang berpotensi meletupkan sumber konfik baru di kawasan Timur Tengah yang saat ini memang terkenal sebagai medan peperangan.

Tindakan atau keputusan Saudi Arabia yang memancing amarah Iran sebenarnya dapat dibendung jika ada upaya diplomasi antara Saudi Arabia-Iran dalam kasus terorisme yang diduga melibatkan ulama terkenal syiah, Nirm al Nirm. Namun jalan yang dipilih oleh Saudi Arabia adalah jalan yang sangat berbahaya. Menjadi berbahaya karena Saudi Arabia lebih memilih untuk mengeksekusi mati Nirm al Nirm bersama 48 orang lainnya. Keputusan Saudi Arabia tersebut sesungguhnya mengandung resiko yang sangat besar terhadap stabilitas dunia internasional. Karena saat ini bisa dikatakan Saudi Arabia-Iran sebagai pusat stabilitas dunia mengingat kekuatan kedua negara tersebut yang ini tak bia dianggap remeh lagi.

Pasalnya bisa dikatakan saat ini dua negara yang sedang memanas tersebut sedang pamer kekuatan dan yang lebih mengerikan lagi, dua negara yang kini bersitegang hebat ini masing-masing sudah mengajak masuk para sekutunya. Masuknya sekutu dari kedua negara tersebut makin membuat dunia internasional cemas dan was-was, pasalnya saat ini ada dua kekuatan utama dunia yaitu Rusia dan Amerika Serikat yang kini mulai ikut campur dalam konflik antara Saudi Arabia dan Iran.

Dan jika ini tak diantisipasi secara betul oleh Perserikatan Bangsa-bangsa maka bukan tidak mungkin akan terjadinya konflik berdarah antara Saudi Arabia dan Iran. Apalagi sebelumnya Iran sempat mengancam bahwa kekuasaan monarki yang kini dipimpin oleh Raja Salman bin Abdul Aziz hanya tinggal menunggu waktu untuk ditumbangkan, dan jika ini benar terjadi maka situasi di Timur Tengah malah akan makiin genting dan dapat dikatakan siaga satu dan pemberlakuan travel warning dalam waktu dekat pun oleh pemerintah Indonesia perlu dipertimbangkan atau di godok matang-matang sebagai langkah antisipatif untuk mencegah hal-hal yang tak di inginkan terjadi.

Dimana keputusan Saudi Arabia yang mengajak Amerika Serikat dan sekutunya untuk menemaninya dalam mengatasi Iran. Begitupun dengan Iran yang kini sudah mulai mengajak masuk Rusia untuk menemaninya dalam mengatasi segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pasca eksekusi mati ulama terkenal syiah, Nirm al Nirm akan menimbulkan kecemasan global yang luar biasa.

Tentunya keputusan kedua negara, Saudi Arabia dan Iran yang kini mengajak masuk sekutunya masing-masing makin dapat meningkatkan ketengangan kedua negara. Pasalnya diketahui bersama bahwa saat ini sekutu dari Saudi Arabia dan Iran, yakni Amerika Serikat (Saudi Arabia) dan Rusia (Iran) adalah pemain utama dalam sejumlah konflik , terutama konflik konflik kemanusiaan yang terjadi di Suriah yang kini sudah membuat rakyat Suriah mengalami kelaparan.

Bahkan akibat ulah dari Amerika Serikat yang paling dominan dan menunjukan sikap-sikapnya mendukung segala permainan ISIS yang kemudian kini di anggap dunia adalah musuh bersama dan Amerika pun sedang berupaya mengatasi dan membumihanguskan ISIS hanyalah sebagai topeng dari Amerika Serikat yang sesungguhnya.

Yang menjadi fakta bahwa Amerika Serikat adalah penyokong utama ISIS termasuk Al-Qaidah dan termasuk semua kelompok ekstremis dan radikal dunia. Akibat kelicikan Amerika Serikat yang dengan dalih memunahkan ISIS, tetapi dibelakang panggung, sandiwara politik terus dimainkan oleh elit di Amerika Serikat, yang tentunya berdampak terhadap kehidupan rakyat di Suriah, yakni dalam beberapa hari terakhir sudah ada sekitar 10 orang yang meninggal dunia akibat kelaparan.

Bahkan makanan sehari-hari yang biasa mereka santap seperti kucing, anjing dan daun-daunan pun sudah sangat langkah. Dan dunia pun mengapresiasi keputusan Assad untuk membuka blokade seujumlah tempat yang selama ini diblokade untuk atau sebagai upaya menghalau invasi Amerika Serikat yang bisa saja meluas jika tak dihalau. Namun kini yang jadi persoalan utama atas masuknya dan mulai terlibatnya Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik antara Saudi Arabia dan Iran akan makin mempertajam dan memperuncing konflik Saudi Arabia-Iran, yang dipicu masalah eksekusi mati ulama terkenal syiah.

Namun secara hukum apa yang dilakukan oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia sudah benar dan menjadi keharusan bagi setiap negara di dunia untuk menjaga dan menegakkan kedaulatan hukum negaranya , Namun yang menjadi persoalan utama sekaligus kebodohan pemerintah kerajaan Saudi Arabia adalah mengapa pemerintah Saudi Arabia tidak terlebih dahulu memikirkan dampak-dampak paling buruk atas keputusan eksekusi mati sebelum eksekusi mati dilakukan, karena jika Saudi Arabia melakukan pertimbangan dan melalui jalan diplomasi terkait eksekusi ulama asal syiah tersebut sesungguhnya ketengangan yang terjadi antara Saudi Arabia-Iran saat ini dipastikan tidak akan terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline