Pondok Pesantren Al Huda Jetis merupakan salah satu lembaga pendidikan yang telah berdiri sejak tahun 1880 M oleh KH. Abdurrahman. KH. Abdurrahman memiliki nama panggilan Solihin pada masa masih kecil dan senantiasa diberi tugas untuk mengembala kerbau milik pamannya.
Pada suatu saat hewan ternak tersebut ada yang tidak kembali atau hilang lalu beliau di beri hukuman oleh paman beliau untuk mencari kerbau tersebut sampai ketemu, dan beliau berjalan kaki ke arah timur selama berhari-hari beliau mencari hewan tersebut tidak jumpa dan akhirnya beliau singgah di Pondok Pesantren Wringin Agung, Jawa Timur sembari menuntut ilmu sampai beliau menjadi dewasa.
Ketika beliau telah menguasai ilmu agama di pesantren, beliau hendak melanjutkan menuntut ilmu di tanah suci Mekah dan beliau sowan kepada Kiyai beliau lalu kiyai tersebut memberikan wasiat supaya dapat berziarah pada makam Pamijahan, Jawa Barat dan kedua orang tua beliau. Ketika semua telah terlaksana beliau berangkat ke Mekah menuntut ilmu Thoriqoh di Jabal Qubbais kepada Syekh Abdur Rauf dan kepada Syekh Sulaiman Zuhdi.
Pada saat ilmu yang beliau terima sudah mulai cukup dengan mendapatkan mursyid beliau mendapat gelar KH. Abdurrahman dan beliau kembali ke tanah air untuk berdakwah dalam mensyiarkan ilmu thariqah di desa beliau. Dalam berdakwah sebagai fasilitas beliau membuat rumah dan langgar sebagai tempat menuntut ilmu agama, dengan perkembangan waktu jamaah semakin ramai dan padat. Beliau pada waktu itu di karuniai putra dan putri bernama Mbah Husain, Mbah Hasbullah, Mbah Suhaeni, dan Mbah Kaelani.
Mbah Husain senantiasa mendampingi KH.Abdurrahman, Mbah Hasbullah berdakwah di Magelang, Mbah Suhaeni bermukim di Tepakyang Temanggal, dan Mbah Kaelani menuntut ilmu di Makkah.
Pada suatu saat di hari jumat ketika berjamaah sholat subuh di waktu melakukan sujud KH. Abdurrahman telah wafat dan kemursyidan dipimpin oleh Mbah Husain selama 3 tahun karena beliau tidak memiliki putera dan kepemimpinan diamanahkan kepada Mbah Hasbullah, beliau memiliki 5 putera dan puteri bernama KH. Mahfudz, Nyai Syekh Umar, Nyai Maemunah, Nyai Khoiriyah, dan Hasyim.
Setelah beberapa waktu estafet kepemimpinan beralih kepada KH. Mahfudz dan menikah kepada Nyai Maimunah, putri dari Syekh Gozin lalu memiliki putera dan putri sebanyak 17 orang dan yang masih hidup terdapat 12 orang anak bernama : Kiyai Abdul Kholiq, Kiyai Juwaini, Nyai Umi Kulsum, Nyai Khasanah, Nyai Masruroh, Nyai Mahrus, Nyai Hayati, Nyai Muahaimin, Nuai Siti Ma;rifah, Nyai Siti Muhayaroh, Kiyai Wahib Mahfudz, dan Kiyai Yazid Mahfudz. Estafet kepemimpinan terus berganti dan diamanahkan kepada KH. Abdul Kholiq, kemudian dimanahkan kepada KH. Wahib dan KH. Yazid Mahfudz.
Pada kepemimpinan KH. Yazid Mahfudz dalam metode memadukan antara salafiyah dan modern. Jenjang pendidikan yang terdapat pada Pesantren Al Huda antara lain yaitu : SMP VIP Al Huda, SMK VIP Al Huda dan SMA VIP Al Huda dengan memiliki ribuan santri dari berbagai penjuru Indonesia. Pendidikan non formal pesantren meliputi : Taman Pendidikan Quran, Madrasah Diniyah dan Majelis Taklim.
Pondok Pesantren Al Huda memiliki berbagai macam fasilitas yang tersedia antara lain yaitu gedung madrasah/sekolah, gedung pesantren, masjid, laboratorium (bahasa, komputer, IPA) perpustakaan, gedung multimedia, sarana olahraga, poskestren, aula dan fasilitas tersedia lainnya.