Lihat ke Halaman Asli

Sahabat Museum Konperensi Asia-Afrika Menggemakan Semangat Bandung

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut ICOM (International Council of Museums) definisi museum adalah institusi permanen dan non-profit dalam pelayanan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan warisankemanusiaan berwujud dan tidak berwujud dari dan lingkungannya untuk tujuan pendidikan, studi dan kesenangan. Jika kita melihat kondisi museum di Indonesia, banyak museum yang kondisinya memprihatinkan dan banyak juga museum yang bagus serta sangat terawat namun angka kunjungan masyarakat ke museum tetap kecil. Hal itu menunjukkan bahwa museum tidak terlalu dekat dengan rakyat Indonesia. Bisa jadi masyarakat menganggap museum bukan merupakan tempat untuk mendapatkan kesenangan. Seberapa seringkah kita berkunjung ke museum? Atau bisa jadi kita berkunjung ke museum hanya sekali saja sewaktu mengadakan kunjungan dengan sekolah kita.

Di kota Bandung terdapat satu museum yang dahulunya merupakan tempat perhelatan momen yang sangat bersejarah bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, momen itu adalah Konferensi Asia-Afrika yang diadakan pada tahun 1955. Konferensi itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu mengadakan sebuah event yang sangat besar di saat negara ini baru 10 tahun merdeka dan konferensi itu merupakan konferensi internasional pertama di dunia yang diadakan oleh bangsa kulit berwana. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam memperjuangkan kemerdekaannya yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam upaya memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Pada peringatan 25 tahun Konperensi Asia-Afrika, Museum Konperensi Asia-Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980 atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. Hingga kini museum itu kokok berdiri di jalan Asia-Afrika dengan kondisi dan perawatan yang cukup baik. Namun seiring berjalannya waktu, jiwa dan semangat dari konperensi itu memudar dan bahkan banyak orang Bandung sendiri yang lupa atau tidak tahu mengenai konperensi besar itu. Semangat Bandung luntur dari jiwa orang-orang Bandung pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya.

Berdasarkan hal itu Museum Konperensi Asia-Afrika membentuk Sahabat Museum Asia Afrika, atau yang disingkat SMKAA (EN: Friends of Asian African Museum), sebuah organisasi Internasional yang anggotanya adalah komunitas di seluruh Asia-Afrika dan komunitas pemerhati Asia Afrika. SMKAA dibentuk pada tanggal 10 Februari 2010 yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah, politik internasional, wawasan kebangsaan mengingat tantangan yang dihadapi dalam politik luar negeri Indonesia di masa yang akan datang, dalam diplomasi publik maupun diplomasi antarwarga (citizen diplomacy).

Segala kegiatan SMKAA didukung penuh oleh Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA). Selain berfungsi sebagai event management untuk seluruh kegiatan di Museum Konperensi Asia Afrika, komunitas SMKAA juga membawahi beberapa klab yang dapat diikuti masyarakat. Pada tahun 2012 ini klab-klab yang berada di bawah SMKAA terus bertambah, terdapat klab budaya dan bahasa, klab menulis, klab copy left, klab menggambar, dan akan ada klab angklung.

Klab budaya dan bahasa sendiri terdapat klab Maghribi yakni klab bahasa Perancis. Mengapa klab ini bernama Maghribi? Maghribi adalah sebutan bagi negara Maroko karena seolah-olah matahari terbenam di negara ini. Maroko dan negara-negara tetangganya yaitu Tunisia dan Aljazair merupakan negara yang berbahasa prancis karena dahulu dijajah oleh Perancis dan kini orang Perancis sering memanggil orang-orang yang berasal dari ketiga negara itu dengan sebutan maghrébin atau orang Maghribi. Dengan semangat Asia-Afrika maka klab ini pun mengambil nama Maghribi dan memberikan pelajaran bahasa Perancis dan kebudayaan negara-negara Afrika yang berbahasa prancis. Klab ini merupakan klab kedua yang paling banyak peminatnya. Para tutor klab ini sendiri terdiri dari beberapa mahasiswa dan alumni Sastra Perancis Universitas Padjadjaran. Pesertanya sendiri mengikuti klab ini ada yang beralasan karena mereka ingin bisa berbicara bahasa prancis, hingga ada juga yang ingin melanjutkan kuliah ke Perancis.

Klab selanjutnya adalah klab Nihao yaitu klab yang mempelajari bahasa mandarin dan kebudayaannya. Cukup banyak orang yang mendaftar ke klab ini, mungkin seiring dengan kemajuan pesat ekonomi Republik Rakyat Cina dan semakin banyak dibutuhkan orang-orang yang bisa berbahasa mandarin. Tutor klab Nihao adalah pak Lim. Jika mengikuti klab ini, kita bisa juga ikut berkunjung ke salah satu pusat kebudayaan Tionghoa di kota Bandung.

Klab yang paling banyak diikuti adalah klab Heiwa, yakni klab bahasa dan budaya Jepang. Bram, salah seorang lulusan sastra Jepang menjadi tutor di klab ini dan dibantu dengan teman-temannya yang merupakan orang Jepang asli. Jumlah pengunjung museum yang berasal dari Jepang pun menduduki peringkat ketiga.

Salah satu bahasa Asia lainnya yang dapat kita pekajari di Museum KAA adalah bahasa arab. Klab bahasa arab sendiri mempunyai nama “Nahnu Arabiyun” yang berarti “Kami orang Arab”. Di klab ini, selain mempelajari bahasa arab, para peserta pun diperkenalkan dengan kebudayaan dari negara-negara Timur Tengah. Para tutornya merupakan para mahasiswa dari Pendidikan Bahasa Arab Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Tidak hanya terdapat klab dan budaya bahasa asing, SMKAA pun menyediakan wadah bagi pecinta dan orang-orang yang ingin mempelajari bahasa lokal, yakni bahasa Sunda. Jumlah peminat klab ini cukup banyak dan mereka tak hanya mempelajari bahasa sunda saja tetapi juga aksara sunda yang bahkan orang Sunda sendiri kebanyakan tidak bisa. Tutor dari klab sunda yang bernama “Sampurasun” ini adalah Sinta. Sinta adalah seorang penggiat di bidang sastra dan aksara kuno dan beberapa waktu yang lalu sempat mendapatkan penghargaan dari Kick Andy Hope.

Klab bahasa yang terakhir adalah klab Esperanto. Esperanto merupakan bahasa artifisial (bahasa buatan) yang diciptakan oleh Ludovich Zamenhoff yang berkebangsaan Polandia. Tujuan utama Zamenhoff membuat bahasa esperanto ini adalah untuk membuat bahasa netral yang mudah dipelajari dan digunakan sebagai bahasa perantara oleh berbagai orang yang memiliki bahasa ibu yang bermacam-macam. Bahasa ini mempunyai akar dari berbagai bahasa lainnya seperti bahasa Inggris, Perancis, Spanyol. Bahasa esperanto ini merupakan bahasa perdamaian dan perdamaian merupakan salah satu pesan dari semangat Bandung saat dilaksanakannya Konperensi Asia Afrika. Tutor dari klab ini adalah Fadil yang merupakan esperantis, pecinta bahasa esperanto, dibantu dengan beberapa sahabat MKAA yang sudah menguasai bahasa ini.

Klab lainnya yang tidak kalah menarik adalah Klab Gambar yang diurus oleh pak Eman Suherman (Edos), beliau merupakan seorang seniman dan pelukis asal Bandung. Ada juga klab “Antar Kata Antar Benua” yang merupakan klab menulis. Tutor klab ini adalah Yudha P Sunandar, beliau adalah salah seorang jurnalis di salmanITB.com , pengurus Masyarakat Mandiri Informasi (MMI) Institute dan tahun 2012 ini menjadi pemenang kategori umum Indonesian Human Rights Blog Award 2012 yang diadakan oleh Indonesian Media Defense Litigation Network (IMDLN). Klab selanjutnya ada klab Copy Left yang merupakan oposisi dari copy right. Klab ini memperkenalkan dan mengajarkan kepada kita operating system komputer yang bebas yaitu open source Linux. Klab ini ingin mengampanyekan penggunaan software yang halal yaitu Linux yang bisa dengan bebas kita miliki dan gunakan, jika dibandingkan kita menggunakan sistem operasi lain tetapi kita memperolehnya dengan cara yang haram, alias bajakan! Pengurus klab ini merupakan mahasiswa-mahasiswa IT dari UPI.

Klab yang terakhir adalah Corps Pemandu SMKAA di mana para pesertanya akan dilatih mengenai sejarah KAA dan sejarah lainnya juga diasah kemampuannya menjadi pemandu dan ditingkatkan kepercayaan dirinya. Klab ini diurus oleh pak Desmond yang juga merupakan penanggung jawab Sahabat Museum Konperensi Asia-Afrika.

Para tutor yang mengurus berbagai klab di atas juga melaksanakan tugasnya dengan ikhlas dan tanpa pamrih, mereka hanya mempunyai tujuan untuk berbagi ilmu dan memanfaatkan keahlian mereka untuk orang banyak. Komunitas SMKAA ini dapat diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat, hal itu dibuktikan dengan peserta sekarang ada yang merupakan pelajar SMP, SMA, mahasiswa, pegawai, bahkan ibu rumah tangga. Semua program klab di atas akan bergulir selama tiga bulan setiap semesternya dan diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu. Di akhir program akan diadakan ujian dan para peserta akan mendapatkan sertifikat. Kita pun dapat belajar dan mengikuti klab itu di tempat yang nyaman dan ber-AC dengan segala fasilitas yang disediakan oleh Museum KAA.

Komunitas SMKAA yang inspiratif ini menjadi salah satu alternatif kegiatan positif yang bisa diikuti oleh masyarakat Bandung dan sekitarnya. Dibandingkan kita melakukan hal-hal yang tidak berguna atau negatif, akan sangat lebih baik jika kita datang ke Museum Konperensi Asia-Afrika dan mengikuti salah satu klab yang kita minati. Selain menambah teman dan ilmu, kita pun akan menjadi generasi penerus yang tidak melupakan sejarah dan semangat Bandung yang menggema dari Konperensi Asia-Afrika 1955.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline