Memasuki tahun 2014, berbagai daerah di Indonesia menghadapi masalah yang sama, yakni hujan dan naiknya debit air diatas pemukaan tanah. Beberapa daerah seperti Manado, Semarang, Pekalongan, Kudus dan Jakarta mengalami banjir.Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencanan (BNPB), terdampak dikota Manado akibat banjir 85.831 jiwa, kerusakan rumah 10.844 unit.Banjir di Manado menyebabkan 6 orang meninggal.Sedangkan di Jakarta, jumlah pasien akibat banjir sebanyak 22.124 orang. Dan berdasarkan data Pusat Kendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops) BPBD DKI Jakarta, tercatat 7 orang meninggal selama musibah banjir melanda Jakarta diawal tahun 2014 ini. Di Semarang, banjir menyebabkan enam kecamatan terendam air setinggi 20-70 cm, dan menyebabkan warga mengungsi dari rumah-rumah mereka. Masih banyak lagi data tentang kerugian material akibat bencana ini.Didaerah lainnya juga mendapatkan dampak kerugian material dan fisik akibat dari banjir.
Kota-kota seperti Jakarta dan Semarang, banjir sudah menjadi kegiatan tahunan. Masyarakat selalu bersiap-siap untuk menghadapi naiknya debit air yang sudah dapat dipastikan akan datang ditiap awal tahun. Banjir menjadi masalah yang tidak pernah kunjung selesai.Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengantisipasi tidak terjadinya bencana ini,akan tetapiupaya tersebut selalu berujung pada kepastian akan datangnya debit air yang berlebihan pada musim hujan. Warga disekitar daerah aliran sungai Ciliwung daerah Bogor, Depok hingga Jakarta, selali melakukan kegiatan bersih-bersih sungai sebagai bagian dari antisipasi banjir.Akan tetapi tiap tahunnya, banjir tetap datang dan menggenangi rumah-rumah warga.
Mengapa banjir selalu terjadi di daerah perkotaan?
Daerah perkotaan merupakan daerah padat penduduk yang mengalami percepatan pembangunan.Banyaknya infrastruktur bagi masyarakat yang dibangun oleh pemerintah dan ditambah lagi dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak swasta, membuat wajah perkotaan menjadi lebih tertata serta modern.Kota menjadi tujuan bagi siapa saja yang ingin menyentuh dunia modern.Pembangunan pemukiman penduduk, gedung, jalan raya, trotoar, pasar, dan masih banyak lagi, terus dilakukan dikota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan juga Manado.Masyarakat disuguhkan dengan berbagai kenyamanan hidup sebagai akibat dari meningkatnya pembangunan perkotaan.Adanya mall, pasar-pasar modern, gedung-gedung perkantoran dan infrastruktur kendaraan umum, membuat kota semakin hidup dan bergairah.
Fungsi dari kota adalah sebagai pusat berbagai kegiatan, yang cenderung merupakan ruang produktif yang luas.Untuk itu pembangunan yang dilakukan diperkotaan bertujuan, untuk mencapai kehidupan yang layak serta mengapus kemelaratan, dan memperoleh dukungan lingkungan yang efesien (tempat yang menyenangkan, nyaman, aman dan menarik).Masyarakat di kota mendapatkan banyak kemudahan untuk meningkatkan usaha mandiri. Berbagai bisnis kreatif dilakukan oleh masyarakat kota untuk menyeimbangkan pemasukan keuangan mereka, dengan pengeluaran untuk membayar kenyamanan yang didapatkan. Pemerintah berupaya untuk menurunkan kesenjangan sosial dan tingkat terjadinya kejahatan, sehingga warga kota makin lebih nyaman untuk menikmati hidup. Program-program pembangunan di kota menyentuh ranah infrastruktur dan peningkatan sumber daya manusia perkotaan. Berbagai infrastuktur dibuat untuk memudahkan setiap warga dalam beraktivitas. Sedangkan disisi lain, ada juga program-program penyadaran tentang arti kehidupan bersama sebagai bagian dari peningkatan kesadaran akan toleransi dan sikap hidup bersama. Dengan terwujudnya pembangunan secara fisik dan sumber daya manusia, maka menjadikan kota menjadi sebuah hunian yang menyetuh peradaban.
Akan tetapi dengan cepatnya laju pembangunan perkotaan, maka ada obyek lain yang diabaikan. Lingkungan dan ekologi menjadi obyek yang seringkali diabaikan untuk mempercepat pembangunan dan menjawab kebutuhan kenyaman hidup warga kota. Agenda tahunan yang selalu dinanti oleh masyarakat perkotaan berupa banjir, merupakan dampak dari pengabaian akan lingkungan dan ekologi dalam pembangunan. Pembangunan infrastruktur perkotaan tidak memperhatikan keseimbangan dengan ekologi yang ada dilingkungan sekitar.Jalan-jalan dan trotoar dibuat sebagai upayauntuk mewujudkan kenyamanan bagi masyarakat. Akan tetapi disisi lain, tidak memperhatikan pembangunan drainase(saluran air) yang memadai untuk mengatasi tumpahan air hujan diatas jalan dan trotoar. Kalaupun ada drainase, ukurannya kecil dan sempit, sebagai usaha untuk melakukan penghematan anggaran. Selain itu, drainase dibangun tidak memperhitungkan kemungkinan jumlah debit aliran air yang akan melaluinya. Sehingga air meluap pada musim hujan dan bahkan ada air yang tergenang serta mengeluarkan bau busuk pada musim kemarau.
Lingkungan menjadi tidak bersahabat dengan percepatan pembangunan yang dilakukan.Banyaknya mall, pasar-pasar modern dan gedung-gedung perkantoran membuat semakin berkurangnya tanah sebagai tempat resapan air.Hal ini menyebabkan banjir terjadi dimana-mana, seperti saat ini.Misalnya di Kampung Bandan Jakarta Utara, walaupun curah hujan hanya berlangsung selama 15 menit, namun menimbulkan banjir setinggi 15 cm. Peristiwa itu juga terjadi dibeberapa tempat didaerah perkotaan. Banjir yang merupakan kondisi tidak nyaman, namuntetap harus dinikmati sebagai dampak dari pembangunan yang dilakukan.
Banjir menjadi bagian dari pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat perkotaan.Kita ambil contoh saja kota besar Jakarta. Sudah berapa lama banjir terus membanjiri kota Jakarta yang juga merupakan ibu kota Republik Indonesia? Banjir sudah terjadi sejak lama di ibu kota negara, dan semakin bergantinya tahun, banjir di Jakarta semakin parah dan meluas. Tahun lalu (2013), banjir di Jakarta memberikan dampak merusak paling besar dan bahkan meninggalkan kerugian yang sangat parah.Dengan demikian, siapa pun pimpinan daerahnya, pasti agenda tiap tahun yang harus dihadapinya adalah persiapan antisipasi mengatasi masalah banjir.Lucu memang apabila dilogikakan.Banjir kok masuk menjadi bagian dari agenda tahunan dan bahkan masuk dalam alokasi pengeluaran APBD DKI Jakarta.Untuk menanggulangi banjir tahun ini, pemerintah DKI Jakarta menaikan alokasi anggaran menjadi Rp.35 triliun. Dan jumlah tersebut setara dengan 52% jumlah total anggaran APBD tahun 2014. Sungguh biaya yang besar untuk menanggulangi masalah ini.Bukankah pembangunan yang berkelanjutan sudah seharusnya mampu mengantisipasi agar banjir tidak terjadi, dan bukannya mengantisipasi masalah yang diakibatkan oleh banjir. Apabila upaya yang dilakukan adalah mengantisipasi agar banjir tidak terjadi, maka rencana pembangunan berkelanjutan akan difokuskan pada keseimbangan pembangunan infrastruktur yang memadai dan daerah aliran maupun resapan air. Akan tetapi, jika yang tejadi adalah upaya mengantisipasi masalah yang diakibatkan oleh banjir.Maka yang dilakukan adalah menyediakan perahu-perahu karet, pelampung dan tenda-tenda darurat untuk pengungsi.Dan yang sering terjadi hingga saat ini adalah upaya untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh banjir.Pembangunan telah dilakukan dan dampak dari percepatan pembangunan adalah tidak adanya ruang terbuka hijau dan drainase yang memadai.Hal ini menyebabkan bukan saja akan terjadi pembangunan yang berkelanjutan, namun juga masalah banjir yang berkelanjutan bagi warga perkotaan.
Selain pembangunan secara fisik, ada juga pola pikir warga perkotaan yang tidak tepat, sehingga menunjukan perilaku yang anti terhadap keberlangsungan ekologi. Masyarakat perkotaan sangat kurang akan kesadaran lingkungan, sehingga seringkali membuang sampah tidak pada tempatnya.Menurut Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Unu Nurdin, volume sampah rutin di kota Jakarta per hari sebanyak 5.800-6.000 ton. Apabila sampah-sampah tersebut berada tidak pada tempatnya, maka akan menyumbat aliran air, dan membantu terjadi peluapan airlebih cepat pada saat hujan.Tindakan yang menunjukan kurangnya kesadaran dalam berperilaku lainnya adalah merusak drainase dan ataupun tembok-tembok pembatas waduk yang telah dibuat oleh pemerintah.Masyarakat seringkali mengejar keuntungan pribadi dengan merusak fasilitas umum. Dengan berlakunya tindakan tidak etis seperti itu, membuat air dengan jumlah debit yang besar akan naik hingga permukaan jalan dan pemukiman warga. Warga kota membuat masalahnya sendiri, sebagai akibat dari perilaku yang salah.
Pembangunan memperhatikan lingkungan
Sudah seharusnya pembangunan memperhatikan tata letak dan fungsi dari lingkungan sekitar. Banjir tidak akan terjadi, apabila pembangunan yang dilakukan memperhatikan keseimbangan lingkungan. Membangun mall dan gedung-gedung bertingkat, harus juga memperhatikan tersedianya sumur-sumur serapan air, dan juga sistem aliran air yang memadai.Sehingga pada musim penghujan, air tidak meluap keluar, namun terserap kedalam sumur dan atau mengalir dengan debit yang memadai. Pembangunan juga harus memperhatikan kelangsungan lingkungan dengan membuat taman-taman serta hutan kota disekitar daerah perkotaan. Dengan demikian membantu memperkuat struktur tanah didaerah perkotaan dan menghindari terjadinya longsor.Pembangunan pemukiman penduduk dan perumahan, jangan sampai mengambil alih fungsi lingkungan seperti daerah hijau dan daerah serapan air.