Lihat ke Halaman Asli

Suku Dayak, Tato dan Identitas

Diperbarui: 10 April 2017   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto ini merupakan foto orisinil narasumber

Tato telah menjadi identitas suku Dayak. Meskipun ada beberapa subsuku yang tidak mengenal tato. Dalam hal ini tidak diketahui dengan pasti subsuku tersebut benar-benar tidak mengenal tato atau karena jaman telah berubah maka tato telah di tinggalkan. Tetapi tato memang menjadi identitas oleh suku Dayak, layaknya suku Mentawai yang berada di Sumatera.

David (32) seorang aktivis tidak pernah malu menunjukan identitasnya sebagai orang Dayak. Meskipun banyak persepsi miring terhadap orang Dayak, di mana sering di anggap berekor layaknya monyet dan orang yang terbelakang secara sosial. 

Tato dikatakan menjadi identitas karena, melalui bentuk-bentuk tato yang di tatah pada tubuh mewakili perjalanan hidup yang telah dilalui oleh pemilik tato tersebut. Tato pun di anggap mejadi cahaya penunjuk jalan bagi orang dayak yang telah meninggal untuk menuju khayangan atau dunia atas. Meskipun beberapa pemuda Dayak menatah tubuhnya dengan tato bermotif untuk sekedar bergaya, namun apa pula yang mencoba menghidupkan kembali budaya tato yang mulai hilang. karena di balik tato tidak semuanya mengandung keburukan, layaknya suku Dayak. Selalu ada keindahan di balik setiap motif tato yang di tatah.

Perlatan dalam proses pembuatan tato pun berasal dari alam, seperti jarumnya yang terbuat dari tulang atau duri, tinta yang terbuat dari tulang, daun dan bahan alam lainnya. Lalu sang penatah membuat motif, kemudian menatah dengan memukul-mukul bilah kayu yang telah diikat duri pada ujungnya menggunakan kayu lain. Sehingga tinta tersebut tertanam pada kulit atau biasa di sebut dengan istilah "Tatung".

Seperti yang dikatakan David, menjadi orang Dayak memang tidak lah mudah. “dahulu kami keluar kampung saja tidak aman, sekarang juga, tapi bedanya sekarang kami dianggap buruk di masyarakat bahkan dianggap layaknya monyet”, ungkapnya. “tetapi meski gitu bukan halangan buat saya untuk dapat melihat dunia luar dan semoga dengan begini bisa merubah citra Dayak di masyarakat”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline