Lihat ke Halaman Asli

Ricko Blues

above us only sky

Bob Dylan dan Nobel Sastra

Diperbarui: 1 Januari 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Orang lebih mengenal Bob Dylan sebagai seorang musisi ketimbang sastrawan, meski pelantun Like A Rolling Stone ini juga sebenarnya pernah menerbitkan sebuah buku puisi berjudul Tarantula (1971). 

Ia pun lantas mengubah namanya menjadi Bob Dylan atas kekagumannya pada penyair Inggris Dylan Thomas. Kiprahnya di dunia musik sangat mengagumkan jauh melebihi apa yang ia raih sebagai penyair Tarantula. 

Ia bahkan dianggap sebagai legenda hidup musik asal Amerika Serikat. Maka tidak heran kalau banyak orang terkejut ketika ia justru dianugerahi hadiah Nobel Sastra 2016. Ia menyisihkan nominator lain yang dianggap sebagian orang lebih mumpuni dalam bidang sastra dibanding Dylan seperti Haruki Murakami (Jepang), John Banville (Irlandia), Ngugi wa Thiong'O (Kenya), Joyce Carol Oates (AS), Adonis (Suriah), dan Javier Marias (Spanyol). 

Tak pelak lagi Dylan adalah musisi pertama yang menerima Nobel Sastra sepanjang sejarah, walaupun Dylan sendiri pernah masuk dalam nominasi penghargaan yang sama meski tidak sebagai unggulan. 

Isu kepentingan di balik ajang bergengsi ini kemudian cukup kuat berhembus bagi yang kecewa dengan terpilihnya musisi keturunan Yahudi ini sebagai peraih Nobel Sastra tahun ini.

Namun demikian, Swedish Academy sebagai dewan juri Nobel Sastra memiliki alasan tersendiri. Sekretaris Swedish Academy Sara Danius menilai lagu-lagu Dylan sangat puitis di telinga dan ia sendiri dianggap telah menciptakan 'ekspresi-ekspresi puitik' dalam tradisi lagu Amerika. 

Musisi kelahiran Minnesota, AS ini memang sangat terkenal dengan lirik lagunya yang puitis dan kental dengan kritik sosial. Selain lagu-lagu protes, Dylan juga mahir menggarap tema cinta. 

Beberapa lagu bertemakan cinta justru masih 'akrab di telinga' hingga kini seperti To Make You Feel My Love, Forever Young, Emotionally Yours, Just Like A Woman dan judul-judul lainnya yang amat puitis dan romantis.

Berbagai tema lagu telah ia garap dan banyak mempengaruhi musisi-musisi dunia bahkan musisi sekaliber The Beatles. Dylan yang lahir pada 24 Mei 1941 ini kemudian menjadi salah seorang musisi paling berpengaruh sepanjang sejarah. Karya-karyanya menjadi inspirasi penyanyi-penyanyi muda hingga saat ini.

Dengan alasan-alasan inilah, pencipta lagu bernama lengkap Robert Allen Zimmerman ini dinilai layak meraih hadiah Nobel Sastra 2016. Tidak sedikit pencinta musik dan sastra menyambut gembira terpilihnya 'Si Tukang Protes' ini sebagai peraih Nobel Sastra 2016. Ketika namanya diumumkan sebagai pemenang, tepukan tangan dari para jurnalis yang hadir membahana selama beberapa saat.

Dylan dan Idealisme

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline