Lihat ke Halaman Asli

Pilihan dari Manusia "Pokoknya"

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa diantara Anda yang hidup tanpa sebuah pilihan? Adakah? Hidup seringkali dihadapkan pada pilihan, antara kanan dan kiri, antara atas dan bawah, antara maju atau mundur, dan lain sebagainya. Semua itu adalah pilihan. Dan harap diingat bahwa ada sebuah pilihan yang "tidak tertulis", pilihan yang "tidak terucapkan", pilihan yang "ada secara implisit namun tiada secara eksplisit", yaitu pilihan untuk menentukan pilihan (memilih), atau tidak menentukan pilihan (tidak memilih). Momen untuk memilih pastinya hanya akan ada jika Anda berhadapan dengan pilihan yang JELAS. Namun sebelum anda memilih (baca: menentukan pilihan), harap kembali dipikirkan secara jelas, apakah PILIHAN yang tersedia itu PANTAS, LAYAK dan SEHAT.

Opsi pilihan dikatakan PANTAS, jika dan hanya jika, opsi-opsi yang disandingkan dalam pilihan tersebut setara, sebanding, dan sederajat. Misal, bandingkan kekayaan si A dan si B. Atau bandingkan seberapa tampan/cantiknya si C dan si D. Atau bandingkan betapa pintarnya si E dan si F. Jangan bandingkan kekayaan si A dan ketampanan si C, karena kekayaan dan ketampanan dalam hal ini tidak setara untuk dapat dipersandingkan.

Opsi pilihan dikatakan LAYAK, jika dan hanya jika, opsi-opsi yang diberikan dalam pilihan tersebut memang layak untuk diperdebatkan dan PENTING untuk dipermasalahkan. Misal, bandingkan sosok pribadi si G dan si H hingga anda bisa yakin siapa diantara mereka yang layak anda jadikan teman baik/pasangan hidup/pacar/TTM-an/selingkuhan/lain sebagainya. Jangan bandingkan sosok si I dan si J, dimana si I adalah mantan anda dan si J adalah gebetan anda sekarang. Pilihan semacam ini harusnya tidak perlu untuk diperdebatkan karena jelas-jelas ada zona yang berbeda antara Mantan (masa lalu) dan Pacar (masa sekarang). Pilihan semacam ini jelas dan nyata (menurut saya) tidak layak untuk diperdebatkan (kembali).

Opsi pilihan dikatakan SEHAT, jika dan hanya jika, opsi-opsi tersebut dibuat sedemikian rupa oleh pihak-pihak yang SEHAT secara lahiriah (jasmani) dan batiniah (rohani). Jika anda menilai saat itu anda sedang Kalut, Sedih, Sakit hati, Dendam, Trauma, Cemburu, dan atau jenis ekspresi emosi labil lainnya, JANGAN PAKSA diri anda untuk membuat sebuah pilihan. JANGAN PAKSA pula orang lain untuk melegitimasi dan atau turut memilih dari pilihan yang anda buat tadi. Karena anda hanya akan lebih memperburuk keadaan yang sudah buruk (karena ke-labil-an emosi anda) menjadi lebih buruk lagi (karena memaksakan kehendak yang "labil" pada orang lain).

Dari 3 kategori pertimbangan ini, Setara-Layak-Sehat, khusus pada kategori "Layak" akan menjadi pertimbangan yang paling sulit. Pasalnya, fitrah manusia adalah selalu ingin di-mengerti oleh siapa pun. Hingga kadang tak jarang keinginan yang begitu menggebu-gebu (untuk bisa di-mengerti) ini menjerumuskan mereka pada ke-tidak-peduli-an akan kondisi orang lain. "Pokoknya, saya yang Benar. Mereka Salah. Mereka Egois. Mereka Tidak Dewasa. Mereka Tidak Bijaksana", kira-kira demikian mungkin beberapa teriakan hati mereka yang terlalu meluap-luap keinginan untuk di-mengerti-nya hingga lepas kendali dari garis "sehat" secara emosional. Saya menamakan kelompok manusia ini sebagai "Manusia 'Pokoknya'".

Manusia 'Pokoknya' hanya ingin hidup dalam suasana dengan norma "Pokoknya begini" atau "Pokoknya begitu" atau "Pokoknya begono" yang mana semuanya itu bermuara pada satu kondisi yaitu "Pokoknya AKU". Mereka -Manusia 'Pokoknya'- ini akan relatif lebih sulit untuk menilai apakah pilihan yang mereka berikan itu Layak untuk dipilih, layak untuk diperdebatkan, layak untuk dipermasalahkan, atau tidak sama sekali. Karena Manusia 'Pokoknya' sudah terlalu fokus pada ke-aku-an mereka secara sepihak, dan menutup ke-terbuka-an untuk menerima masukan dari orang luar. Mereka -Manusia 'Pokoknya'-.

:) Apakah Anda Manusia 'Pokoknya' ? :) Buat Anda para Manusia 'Pokoknya' di luar sana, mari duduk bersama, mari berbagi, mari bercerita, agar beban duka dalam hati mu sedikit terlepas, dan anda pun bisa menatap masa depan lebih lega dan lebih positif. Meski hanya sedikit. :) Buat Anda para Manusia 'Pokoknya' di luar sana, ijinkan kami untuk bisa memahami pedihnya sakit hati mu, dalamnya duka mu, perihnya sayatan demi sayatan trauma masa lalu mu. Agar kita bisa sama-sama saling memahami. Agar kita bisa membantu mengangkat beban berat itu dari pundak mu. :) Buat Anda para Manusia 'Pokoknya' di luar sana, ajarilah kami. Kami terus berjuang untuk mengerti anda. Jangan tutup diri anda sekarang. Bukalah sedikit pintu itu, karena kami pun masih dan terus akan tetap menyayangi anda.

Taken from www.rickisaputra.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline