Bullying atau perundungan merupakan isu serius yang kerap muncul di lingkungan sekolah, khususnya pada jenjang sekolah dasar. Bullying merajuk pada tindakan negatif yang kerap terjadi di lingkungan sekolah dan membawa dampak buruk bagi para korbannya. Menurut data dari beberapa penelitian, bullying dapat menyebabkan dampak psikologis jangka panjang bagi anak-anak, termasuk kecemasan, depresi, dan penurunan prestasi akademik. Bullying dapat dilakukan oleh teman sebaya, kakak kelas, bahkan guru atau staf sekolah. Menurut Olweus (1993) bullying terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang yang lebih "kuat" berusaha menyakiti secara fisik maupun psikologis individu atau kelompok yang dianggap lebih "lemah".
Tindakan bullying bisa berupa : (1) bullying fisik, yaitu tindakan agresif yang melibatkan kekerasan fisik. (2) bullying verbal, yaitu penggunaan kata-kata untuk menyakiti atau merendahkan orang lain. (3) bullying sosial, yaitu mengisolasi atau menjauhi seseorang dari kelompok sosial. (4) cyberbullying, yaitu bentuk bullying yang terjadi melalui media sosial atau platform digital. Beberapa dampak bullying yang merugikan siswa yaitu:
- Dampak emosional : korban bullying sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Mereka mungkin merasa tidak berharga dan kehilangan kepercayaan diri.
- Dampak akademis : siswa yang menjadi korban bullying seringkali mengalami penurunan prestasi akademik karena ketidakmampuan untuk berkonsentrasi di kelas
- Dampak sosial : bullying dapat menyebabkan isolasi sosial bagi korban, membuat mereka merasa terasing dari teman-teman.
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying, salah satunya dengan memaksimalkan peran layanan bimbingan konseling. Menurut Priyatno (2012:253), guru BK atau konselor memiliki tugas utama membantu siswa mengatasi masalah melalui beragam bentuk layanan konseling. Bimbingan Konseling di sekolah dasar memiliki beberapa peran penting dalam menangani kasus bullying :
1. Menciptakan Lingkungan Aman
Salah satu tugas utama guru BK adalah menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Hal ini mencangkup upaya membangun budaya saling menghormati dan menghargai keberagaman. Guru BK dapat melakukannya melalui:
- Menyelenggarakan sesi edukasi mengenai pentingnya saling menghargai
- Mendorong siswa untuk berbagi pengalaman mereka dan saling mendengarkan.
2. Identifikasi Kasus Bullying
Guru BK berperan aktif mengidentifikasi kasus bullying yang terjadi di sekolah. Mereka dapat melakukan dengan cara :
- Observasi langsung terhadap interaksi siswa di kelas dan diluar kelas
- Mengadakan survei untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman siswa terkait bullying
- Mendengarkan keluhan dari siswa, orang tua, atau guru.
3. Pendekatan Individu
Setelah mengenali adanya kasus bullying, guru BK perlu melakukan pendekatan secara personal baik kepada korban maupun pelaku. Langkah ini bertujuan untuk menggali situasi dengan lebih mendalam serta memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
a. Pendekatan kepada korban
Guru BK perlu menciptakan ruang yang aman bagi korban untuk berbagi pengalaman mereka. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
- Memberikan kesempatan kepada korban untuk menceritakan pengalaman mereka tanpa merasa dihakimi atau tertekan.
- Menyediakan bantuan psikologis untuk membantu korban mengatasi dampak emosional akibat bullying.
- Membimbing korban dalam mengembangkan keterampilan sosial agar mereka lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan teman-teman mereka.