Lihat ke Halaman Asli

Ketika Garuda Itu Tak Lagi Satu

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328582724433807833

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Akhir-akhir ini terjadi banyak konflik-konflik antar sesama kita , baik di Jakarta ataupun di daerah. Satu ormas ribut dengan ormas lain, satu golongan mendeskritkan golongan yang lain. Hal-hal yang tentunya sangat mengganggu kestabilan pemerintahan sendiri. Tampaknya kasus-kasus ini pun tidak mendapat sorotan yang cukup dari pemerintah. Pemerintah terkesan diam, hanya mengurus hal-hal 'korupsi' yang nantinya yah, bisa ditebak, 'gone with the wind'.

1328582786834366478

Masi ingat dahulu bagaimana tahun 1928, para pemuda dari seluruh Indonesia bersatu, mengumandangkan bahwa Indonesia itu satu, tidak ada pengotak kotakkan disana. Mereka menganggap mereka adalah satu, dengan idealisme yang sama dan tujuan yang sama, hampir satu dekade  berlalu, hal itu mulai hilang bahkan tak tersisa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika hanya sebagai kata-kata pajangan dan cuma menjadi penambah pelengkap sebuah paragraf dalam buku-buku sejarah dan pelajaran. Yah ketika Garuda tidak lagi satu, dan ketika Garuda hanya mementingkan kepentingan nya masing-masing. Lalu apakah kita akan terus berdiam pasrah?  Saya yakin masih banyak orang-orang di luar sana yang menginginkan kesatuan seperti 1 dekade dulu, keseragaman hegemoni rakyat ketika Bapak Soekarno membacakan teks proklamasi, semangat para pemuda tahun 1928 yang menginginkan Indonesia bersatu. Marilah kita bangun kebersamaan itu, ingatlah "Bhinneka Tunggal Ika" kawan. Indonesia tidak hanya berisi golongan tertentu atau ras tertentu, Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang dengan beragam multikultural. Ingat juga bagaimana para pejuang dan bapak-bapak negara kita merumuskan naskah proklamasi. Hanya untuk Indonesia yang satu dan merdeka!

13285833131651761746

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline