Lihat ke Halaman Asli

Richardus Beda Toulwala

Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

SSK Melalui Diversifikasi Pangan Lokal (Kecerdasan yang Terlupakan)

Diperbarui: 1 Juni 2020   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Gempuran pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020, telah memberikan dampak pada berbagai sisi kehidupan masyarakat. Krisis multi dimensi sebagai akibat dari pandemi terus berlanjut tanpa kepastian kapan akan berakhirnya. Perekonomian Indonesia juga tergilas olehnya sehingga menimbulkan kepanikan terhadap stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia.

Bahaya Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian

Majalah Tempo edisi 21 Maret 2020 dengan lugas mendeskripsikan kondisi ekonomi Indonesia masa pandemi corona. Sejak pandemi corona menyasar di Indonesia, Indeks saham Bursa Efek Indonesia  melemah menjadi 33 persen dibandingkan dengan awal 2020, terburuk sejak 2015. Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga anjlok ke level 16.273, terendah sejak Juni 1998. 

Kondisi ini diperparah oleh menguatnya intensitas investor asing di pasar uang dan pasar modal yang terus menarik dananya dari pasar Indonesia. Kondisi ini kemungkinan bakal semakin buruk bila pandemi corona masih meraja di negeri ini.

Keberlanjutan kondisi ekonomi yang buruk akibat covid-19 tersebut telah dikaji melalui riset oleh prognosis ekonom Australian National University, Warwick McKibbin dan Roshen Fernando. 

Dalam riset bertajuk "The Global Macroeconomic impacts of Covid 19" terpapar dampak ekonomi akibat corona yang sangat mengkhawatirkan semua orang. Hasil riset tersebut menyatakan bahwa dampak ekonomi akibat corona jauh lebih buruk dibanding Flu Spanyol pada 1918-1919. Padahal wabah Flu Spanyol telah diakui dunia sebagai wabah paling mematikan sepanjang sejarah karena sanggup menewaskan 40 juta orang di seluruh dunia. Riset tersebut juga menyatakan bahwa dampak corona kemungkinan bisa mencapai angka US$ 2,4 triliun.

Kedua ekonom tersebut melakukan prognosis berdasarkan lima faktor yakni suplai tenaga kerja, equity rick premium, biaya produksi, permintaan konsumsi dan belanja pemerintah. 

Kelima faktor tersebut mereka menyebutnya sebagai guncangan (shock). Keduanya kemudian membuat tujuh skenario berdasarkan tingkat sebaran virus corona, kasus, dan jumlah korban tewas. Skenario 1-3 diumpamakan corona hanya terjadi di Cina dan bersifat sementara. Skenario 4-6, corona menyebar ke seluruh dunia dan bersifat sementara. Skenario 7, corona menyebar ke seluruh dunia dan wabah ringan akan berulang pada tahun-tahun mendatang.

Terhadap kondisi di atas dan sebagai antisipasi Indonesia terjebak dalam skenario ke-7, maka wajar bila Bank Indonesia menunjukkan sikap responsif untuk bertanggung jawab  mencegah dampak lanjutan yang berpotensi merusak SSK di Indonesia. Kerja keras Bank Indonesia yang memiliki peran penting menjaga SKK tidak serta merta berbuah manis bila tidak didukung oleh perilaku masyarakat Indonesia. 

Menimbun barang yang dapat menimbulkan lonjakkan harga, penarikan simpanan di bank secara besar-besaran (rush), bertransaksi spekulasi sekedar mencari keuntungan pribadi, melakukan panic selling dan mengumbar hoaks yang melahirkan kepanikan massal adalah sikap-sikap yang mencederai perekonomian bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline