(Samber 2020 Hari 8 & Samber THR)
Ngabuburit adalah sebuah istilah yang selalu dikaitkan dengan bulan Ramadan. Bulan suci ini memang unik karena banyak kegiatan unik terjadi pada bulan ini dan tidak terjadi pada bulan-bulan lain.
Salah satu kegiatan yang unik pada bulan suci ini adalah ngabuburit. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata ngabuburit dijelaskan berasal dari bahasa Sunda. Kata ini berarti kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan.
Kata ngabuburit popular ketika Ramadan tiba. Semua umat Muslim bahkan mencari ide ngabuburit yang unik dan kreatif untuk mengisi waktu sambil menunggu azan magrib tiba untuk membuka puasa. Saat sekarang pun, meskipun di tengah masa pandemi covid-19 yang mengancam nyawa, tetapi banyak orang masih saja mencari bentuk ngabuburit yang tepat di masa ini.
Pada Ramadan di tahun-tahun kemarin, kebanyakan umat Muslim melakukan ngabuburit dengan joging, berajalan-jalan, rekreasi di taman dan bahkan dengan upacara keagamaan lainnya. Namun kegiatan seperti ini justru tidak dianjurkan pada masa pandemi virus corona ini. Oleh karena itu setiap orang masih berusaha untuk menemukan ide ngabuburit yang kreatif sekaligus mampu membatasi penyebaran virus corona.
Menurut penulis, ide cerdas ngabuburit pada masa pandemi ini adalah berliterasi, khususnya berkompasiana. Literasi kini sedang mengalami krisis ketika menulis, mendengar dan membaca tak lagi menjadi aktivitas rutin bagi setiap orang. Literasi sendiri bahkan kehilangan arti dan maknanya di tengah masyarakat. Mari kita lihat arti dan makna literasi sebelum melihat kecocokan literasi sebagai ide ngabuburit yang tepat di masa pandemi.
Menurut Gee (1996), literasi tak sebatas pada upaya pemberantasan buta aksara, melainkan lebih pada sebuah praktik sosial yang melibatkan kegiatan berbicara, menulis, membaca dan menyimak. Aktivitas literasi tak terlepas dari proses memproduksi ide, dan mengkonstruksi makna yang terjadi dalam konteks budaya yang spesifik.
Lebih lanjut Kofi Annan dalam Sofie Dewayani (2017) menyatakan bahwa: Literacy is the road to human progress and the means through which every man, woman, and child can realize his or her full potential (Literasi adalah jalan bagi kemajuan umat manusia dan alat bagi setiap pria, wanita dan anak-anak untuk mewujudkan potensinya).
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa literasi ternyata memiliki arti dan makna yang sangat luas. Namun saat ini, masyarakat perlu kritis untuk membedakan fungsi literasi yang mendidik dan yang merusak mental serta rasionalitas.
Menjadi pengguna literasi yang kritis berarti masyarakat harus mampu memahami serta mengidentifikasi ideologi atau kepentingan terselubung di setiap karya literasi. Memprioritaskan karya literasi yang bersifat mendidik dan mengabaikan karya literasi lain yang memboncengi pencitraan diri penulis adalah keniscayaan bagi masyarakat.