Lihat ke Halaman Asli

Untukmu Sahabat (Sukanto Tedjokusuma)

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini (7 Juli 2012), sentah kenapa saya bangun lebih cepat dari biasanya. Setelah bersyukur karena masih diberi nafas kehidupan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta langit, bumi dan segala isinya, saya mendekati laptop kesayangan dan mulai fesbukan.
Notification saya menunjukkan angka 102. Angka yang luar biasa, maklum sudah jarang fesbukan 4 hari ini karena mengikuti Pelatihan The Mission (pelatihan yang mirip pelatihan seven habits tetapi lebih kreatif dan banyak main di luar ruangan). Yaaa, kalau update status sich ada, tapi benar-benar gak ada waktu baca notif itu...
Setelah liat notification, saya kemudian segera membuka file video yang di-tag teman dari Birmingham (Septin Puji Astuti, candidat Doktor) yang berjudul: A Tribute (Video yang didedikasikan u/ Pak Sukanto Tedjokusuma - seorang rekan Dosen kami yang meng-admin-i Group Dosen Indonesia, serta beberapa milis dikti lainnya, dan banyak kontribusi lainnya).
Video ini berisi foto-foto kami bersama Beliau, serta beberapa teman lain selama kegiatan di Surabaya, serta beberapa perjalanan Beliau yang sementara mengemban tugas negara di beberapa tempat. Yang lebih membuat saya "mewek" adalah video ini juga diiringi dengan instrumentalia-nya Edward Cullen : Kiss The Rain (salah satu instrumentalia yang sering saya dengarkan berulang-ulang jika ingat orang tua, istri, anak, rumah serta saudara yang jauh).
Maka perasaan KEHILANGAN itu pun datang, dan semakin kuat terasa...
Baru pagi ini saya merasakan "rasa" ini... Begitu kuat.., menghantam bagai "palu godam" di kepala saya yang kecil ini.

Oh Tuhan.......

Mengapa kau begitu cepat memanggilnya? Mengapa begitu cepat kau panggil anakmu yang istimewa itu? Baru sebulan lalu kami bercengkrama.., baru sebulan lalu kami tertawa lepas, baru sebulan lalu saya dinasihati tentang hidup... tentang bagaimana berteman secara santun... tentang banyak hal yang membuat hidup bermakna...
Sungguh, saya sangat sedih Tuhan... Tapi, apa yang bisa saya keluhkan? Bukankah Kau yang berkuasa? Bukankah Kau yang Maha Bijaksana?
Jadi.. apa hak dan kuasa saya untuk menuntut?
Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan.

Bapakku, Sukanto Tedjokusuma.., Walaupun kau telah "pergi", namamu kan selalu di hati kami, paling tidak selalu di hatiku. Bukankah manusia itu mati meninggalkan nama? maka nama baikmu selalu ada di hatiku. Inilah yang akan ada di hatiku: Ketika saya menginjakkan kaki di Surabaya lagi, maka orang pertama yang akan kukenang di Bandara Juanda adalah Kau.. Bapakku.. Sukanto Tedjokusuma.., orang yang menjemputku di Bandara itu....

Pergilah dalam damai, Bapakku, Guruku, Rekanku, Saudaraku dalam Tuhan..
Tuhan pasti memperhitungkan semua amal ibadahmu di dunia ini..
Pergilah bersama doa, harapan, dan tentu saja kasih kami..
Isinkanlah kenanganmu tetap bersemayam di hati kami..
Hingga kelak, kalau anak cucu kami bertanya tentang kehidupan.., tentang pertemanan.., kami akan dengan lantang menjawab: Teman kami Sukanto Tedjokusuma di Surabaya yang mengajarkannya.

Selamat Jalan Friend.., Sampai ketemu lagi Sahabat... Beruntung mengenalmu....

Tobelo - Maluku Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline