Lihat ke Halaman Asli

Kalau saja yang Tewas di Abepura itu Anggota Kopassus

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1366174086253715341

[caption id="attachment_255234" align="aligncenter" width="522" caption="ilustrasi : kerusuhan di Waena, Abepura, 14/6/2012 (Tempo.co)"][/caption]

Akhir tahun 2000, tepatnya tanggal 7 Desember di Abepura, Papua, telah terjadi serangkaian serangan berdarah. Insiden yang dikenal dengan nama “Abepura Berdarah” itu terjadi pukul 01.30 dini hari di tiga tempat yang berbeda. Sekelompok orang telah menyerangan Mapolsek Abepura, Pembakaran Ruko di Lingkaran Abepura dan Kantor Dinas Otonom Tk I, Irian Jaya. Dua orang tewas di tempat, yaitu seorang anggota Polisi dan seorang petugas satpam, serta tiga anggota polisi luka-luka.

Rincian peristiwa sebagaimana laporan hasil investigas KPP HAM Papua/Irian Jaya tanggal 8 Mei 2001yang ditandatangani  DR. Albert Hasibuan, S.H. dan Sriyana, S.H. (Ketua dan Sekretaris Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM Papua/Irian Jaya) menyebutkan (sebagaimana dipublikasikan di situs : http://www.hampapua.org/skp/skp06/var-03i.pdf )

1. Penyerangan Mapolsek Abepura.

Sekitar pukul 01.30 WIT sekelompok massa yang berjumlah kira-kira 15 orang memasuki halaman Mapolsek Abepura dan melakukan penyerangan terhadap petugas Polsek Abepura. Akibat penyerangan dengan senjata tajam berupa kapak dan parang itu Brigpol Petrus Epaa tewas, sedangkan Briptu Darmo, Bripka Mesak Kareni dan Bripka Yoyok Sugiarto menderita luka-luka.

2. Pembakaran Ruko

Dalam waktu yang hampir bersamaan dengan masuknya massa ke halaman Mapolsek Abepura terjadi pembakaran ruko di Jl. Gerilyawan yang berjarak sekitar 100 m dari Mapolsek yang dilakukan oleh kelompok massa lain yang tidak dikenal. Ruko yang dibakar terdiri dari satu rumah makan Padang, satu toko pakaian, dan toko arloji “Restu Ibu”.

3. Pembunuhan satpam di Kantor Dinas Otonom Tk I, Irian Jaya, Kotaraja

Sekitar pukul 05.00 atau menjelang pagi ditemukan mayat Markus Padama di kantor Dinas Otonom Irian Jaya, Kota Raja yang berjarak 2 Km dari Mapolsek Abepura. Korban adalah petugas Satpam yang sehari-hari bertugas di kantor itu. Korban diperkirakan tewas akibat luka bacok pada leher, luka tombak pada bagian perut.

Para pelaku berhasil ditangkap dan menjalani proses hukum. Dalam persidangan terbukti Benny Wenda lah tokoh yang mengorganisir serangan “Abepura berdarah” itu. Pidana penjara 15 tahun tentu pantas buat Benny mengingat telah jatuh korban jiwa dan korban luka (aparat negara pula) serta hancurnya sejumlah properti (ruko) dan harta benda yang ada di dalamnya.

Namun, Pada 8 Juni 2002 Benny berhasil melarikan diri dari penjara Abepura, dibantu aktivis LSM dari Inggris. Dengan bantuan ‘agen’ Inggris itu, Benny akhirnya tiba di London melalu jalur batas Papua Nugini (PNG). Tahun 2003 Benny mendapatkan suaka politik dari pemerintah Inggris hingga sekarang.

[caption id="attachment_255236" align="aligncenter" width="393" caption="Foto : hukum.kompasiana.com/2012/12/10/"]

1366174311110206703

[/caption]

Kalau saja dalam insiden “Abepura berdarah” tahun 2000 itu yang tewas adalah anggota Kopassus, mungkin nasib Benny tak akan seberuntung sekarang. Atas dasar jiwa korsa, Benny bisa saja “dihabisi” di dalam penjara seperti nasib para preman di LP Cebongan Slemen beberapa waktu lalu.

Dari aspek materi perbuatan dan dampak yang ditimbulkan, insiden kafe Hugos Jogja dengan insiden Abepura layak untuk disandingkan. Yang berbeda adalah motifnya saja.Dan atas nama motif itu pula, dunia bebas memvonis: yang satu sebagai penjahat yang pantas dienyahkan, dan yang lain adalah pahlawan yang layak diberi suaka.

Berbekalkan surat suaka politik dari Pemerintah Inggris itu, Benny kini bebas berkelana dari satu negara ke negara lain mengkampanyekan Papua merdeka. Lihat saja ‘agenda kerja’ Benny yang dipublish di situs freewestpapua.org, minggu pertama Februari 2013 Benny ke Amerika bertemua sejumlah tokok. Seminggu kemudian (8 Februari) Benny sudah berada di New Zeland, Vanuatu, Fiji, dan PNG di komunitas pengungsi Papua yang bermukim tak jauh dari perbatasan Papua-PNG. Agenda Benny itu selalu diberitakan secara luas di berbagai media online hingga ke Australia.

Ironisnya, Polisi kita di Papua tak bisa berbuat apa-apa kendati sebelumnya Gubernur provinsi Sandaun sudah berjanji kepada Kapolda Papua Tito Karnavian, bahwa pihaknya akan memulangkansemua kriminal dari Papua yang lari ke wilayahnya. Padahal ini bukan hanya sekedar persoalan jiwa korsa, tetapi ada kepentingan yang lebih besar yang mesti dibela, yaitu soal KEDAULATAN negara yang terancam oleh aktivitas Benny.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline