[caption id="attachment_216262" align="aligncenter" width="488" caption="Raimuna Nasional X akan digelar di tempat ini. Di Lapangan Buper Cenderawasih ini juga dijadikan tempat upacara memperingati detik-detik Proklamasi pada 17 Agustus 2012 lalu . (Foto: Zonadamai@wordpress.com)"][/caption]
Perhelatan Raimuna Nasional Ke-X Pramuka Tahun ini sedianya akan diadakan di Tanah Papua, dari tanggal 8s/d-15 Oktober 2012. Tempatnya di Bumi Perkemahan (Buper) Cenderawasih Phokela, Waena, Jayapura. Tema Raimuna kali ini adalah "Pramuka Indonesia bersama masyarakat membangun Tanah Papua". Selama sepekan para Pramuka Penegak (usia 16-20 tahun / SMA) dan Pandega (usia 21-25 tahun / mahasiswa) se-Indonesia berkumpul, berbagi, dan membangun bangsa. Pertemuan besar Pramuka tahunan itu diisi berbagai kegiatan alam, workshop, tukar pengetahuan budaya dan kearifan lokal, diskusi, dan kebersamaan lain yang dirancang untuk menjawab kebutuhan masa kini. Namun sayangnya, kegiatan tahun ini mendapat tanggapan miring dari seorang tokoh gereja local yang terkenal vokal terhadap pemerintah, yakni Pdt. Socratez Sofyan Yoman, Ketua Gereja Baptis Papua. Ia menyatakan bahwa pelaksanaan Raimuna Nasional penuh dengan nuansa politis, yakni sebagai upaya pemerintah RI membangun citra, bahwa Papua merupakan daearah yang aman dan tidak ada gangguan apapun. "Dimensi politik tujuan Bangsa Indonesia untuk dunia internasional tentang pelaksanaan raimuna di Papua agar Papua terlihat aman dan damai tidak ada konflik di Tanah Papua," ungkapnya kepada Bintang Papua di kediamannya di Abepura, Rabu (3/10/2012). Menurutnya, penyelenggaraan yang mendatangkan ribuan anggota pramuka dari seluruh Indonesia itu tidak ada manfaatnya sama sekali bagi orang asli Papua. "Yang mendapatkan keuntungan adalah maskapai penerbangan, Pelni, hotel-hotel di Jayapura, warung-warung makan, aparat keamanan TNI/Polri dan semua itu milik orang Indonesia, maka Raimuna sama sekali tidak ada gunanya atau manfaat bagi penduduk asli orang Papua," tegasnya. http://bintangpapua.com/headline/27299-socratez--raimuna-penuh-nuansa-politis Sebagai bangsa, kita tentu saja menyesalkan pernyataan yang bernada profokatif ini, karena di balik pernyataannya bisa bermakna 'ancaman'. Para orangtua dari luar Papua menjadi was-was untuk melepaskan anaknya ke Papua mengikuti kegiatan itu. Sebagai tokoh agama, mestinya himbauan sejuk penuh keramahan ia lontarkan agar para tamu yang datang nanti merasa betah seperti datang ke rumah sendiri. Apalagi para tamu dimaksud adalah kader-kader bangsa ke depan yang harus ditanamkan dalam benak mereka sejak dini bahwa anak-anak Papua adalah saudara mereka, satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, INDONESIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H