Lihat ke Halaman Asli

Populasi Ikan di Laut Timor Mati karena Usia Tua

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14173550931175699075

[caption id="attachment_379441" align="aligncenter" width="518" caption="Menteri Susi peringati Hari Ikan Nasional 30/11/2014 (Foto: merdeka.com)"][/caption]

*) Refleksi Kampanye Gerakan ‘Ayo Makan Ikan’

Hari Ikan Nasional (Harkannas) yang dilaksanakan Minggu, 30 November 2014 di Parkir Timur Senayan, Jakarta, dirayakan dengan berbagai acara, seperti Street Campaign, Festival Perikanan Nusantara, Gebyar PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Makan Ikan, festival kuliner ikan dll.

Hal yang menarik dari acara tersebut adalah terungkapnya sebuah data yang membuat kita sebagai bangsa maritim mengelus dada. Indra Jaya dari Institut Pertanian Bogor (IPB) selaku penyelenggara acara tersebut mengatakan, berdasarkan data internasional, IQ kumulatif rakyat Indonesia masih di bawah negara-negara lain di ASEAN.

Sungguh ironis. Bangsa yang hidup di tengah kekayaaan ikan ternyata secara nasional bahkan internasional masih bermasalah dengan urusan gizi masyarakat dan kecerdasan (IQ/intelligence quotient). Padahal ikan sudah sejak lama diketahui publik memiliki kandungan nutrisi sangat lengkap guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak manusia yang pada gilirannya dapat meningkatkan kecerdasan.

Secara pribadi saya sangat mengapresiasi gagasan Indra Jaya dkk yang mengampanyekan gerakan ‘Ayo Makan Ikan’ tersebut. Lebih-lebih pada konsep roadmap yang mereka serahkan kepada Pemerintah berupa strategi jangka menengah (2015-2019) berisikan antara lain: menempatkan nelayan sebagai aktor penting dari peningkatan kecerdasan generasi muda dan anak-anak, sistem perdagangan ikan yang berkeadilan, terjadinya sinergi antar industri, konsumsi ikan di masyarakat meningkat, dan IQ nasional bangsa Indonesia meningkat.

Terkait hal itu, saya juga ingin menginformasikan kepada Indra Jaya dkk (yang mudah-mudahan dapat dikomunikasikan dengan Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja Jokowi) bahwa 90% populasi ikan di perairan Pronvinsi Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) mati karena usia tua. Mengapa?

1. Provinsi kepulauan NTT dengan 566 Pulau ini kaya akan berbagai jenis ikan dan tergolong daerah overfishing dalam Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Tetapi ironisnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT tahun 2012, jumlah masyarakat nelayan di provinsi ini hanya 194.684 dari sekitar 4,2 penduduk NTT saat itu. Sebagian terbesar adalah petani. Artinya, wilayah maritim ini dihuni oleh masyarakat yang berbudaya agraris. Program Gemala (Gerakan Masuk Laut) yang digalakan oleh Gubernur NTT sering diplesetkan menjadi “Gerakan Masuk Ladang”. Sebuah tantangan berat untuk mengubah budaya. Tentu tidak mudah, butuh kemauan politik dari Pemerintah dan semua stakeholder. Momentum revolusi mental yang dikampanyekan oleh Pemerintahan Jokowi dapat menjadi pintu masuk.

2.Provinsi Nusa Tenggara Timur tak pernah luput dari deretan bagian depan dalam hal presentasi dan jumlah penduduk miskin nasional. Di dalamnya terdapat 100 ribu-an (lebih dari 50%) masyarakat pantai (nelayan). Artinya, mereka belum (di)mampu(kan) untuk mengolah kekayaan laut yang terletak di halaman rumahnya sendiri agar bisa sejahtera. Kemampuan berproduksi yang rendah dari masyarkat pantai (nelayan) ini menyebabkan tingkat pendapatannya (kondisi sosial ekonomi) relatif selalu rendah.

3.Ketidakmampuan itu tentu bertali-temali dengan banyak persoalan, seperti informasi dan pengetahuan teknis, alat tangkap, akses pasar, industri pendukung pasca-penangkapan, investor, dan lain sebagainya.

[caption id="attachment_379585" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi: industri pengolahan ikan (fishlinkindonesia.wordpress.com)"]

14174024821909191240

[/caption]

4. Masalah klasik: kesehatan para nelayan. Logika sederhananya: kalau nelayan tidak sehat, bagaimana bisa melaut? Terkait hal ini, ketika Menteri Kesehatan masih dijabat oleh orang NTT sendiri, Ibu Nafsiah Mboi pernah mengatakan akan segera melakukan perbaikan gizi, sanitasi dasar, dan penyediaan air bersih bagi masyarakat nelayan. Ibu Nafsiah mengatakan kementeriannya juga memiliki beasiswa bagi anak-anak nelayan yang ingin meneruskan pendidikan dalam bidang kesehatan. Pemerintah menyiapkan sekitar 2.000 beasiswa untuk anak nelayan. Anak-anak itu nantinya akan ditempatkan kembali di daerah asalnya karena mereka akan lebih peduli terhadap masalah kesehatan di lingkungan sosial masyarakat pesisir. Pertanyaannya, ada berapa banyak anak-anak nelayan NTT yang sudah mendapatkan fasilitas beasiswa tersebut? (sumber)

Semoga kampanye “Ayo Makan Ikan” di Hari Ikan Nasional hari ini bermanfaat bagi saudara-saudara kita para nelayan. Dan bagi masyarakat NTT, jangan biarkan ikan di perairan kita mati karena usia tua, lantaran berbagai kendala. Bersama Pemerintah dan para investor, mari jadikan perairan NTT sebagai salah satu sentra produksi ikan nasional. [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline