Lihat ke Halaman Asli

Ribut Lupiyanto

Pecinta Lingkungan dan Keadilan

Disorientasi Manajemen Stadion GBK

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14328862111465676205

[caption id="attachment_386208" align="aligncenter" width="499" caption="Sumber Ilustrasi: http://malesbanget.com/"][/caption]

Tim Nasional (Timnas) Indonesia dua bulan lalu menjamu tim tangguh Kamerun pada Rabu (25/3). Skor akhir adalah kekalahan tipis Timnas 0-1. Hal yang menarik bukanlah kekalahan, tetapi tempat pelaksanaan pertandingan. Pertandingan terpaksa digelar di Stadion Sidoharjo lantaran Stadion Gelora Bung Karno digunakan untuk konser boyband asal Inggris, One Direction (1D). Stadion GBK sedianya juga akan menjadi lokasi kualifikasi Pra-Piala Asia U-23 pada 27-31 Maret 2015.

Kejadian ini sontak memancing protes dan kemarahan publik penggemar sepak bola di tanah air. Netizen melampiaskan protes dengan kicauan-kicauan di media sosial seperti Twitter. Tagar #OneDirectionJan*** bahkan menjadi trending topic di Twitter pada Senin (16/3) sepekan sebelum acara.

Stadion GBK pada masa orde baru diganti namanya menjadi Stadion Utama Senayan sebagai bagian de-Soekarnoisasi. Stadion ini akhirnya dikembalikan kepada namanya semula pada awal era reformasi melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.

Kapasitas awal Stadion GBK adalah 100.000 orang dan kini mencapai 88.000 penonton. Pembangunan dimulai pada pertengahan tahun 1958 hingga selesai fase pertama pada kuartal ketiga1962. Kala itu Stadion GBK merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Pembangunan Stadion dan gelanggang olahraga GBK dilakukan guna penyelenggaraan Asian Games 1962 (Julius, 2004).

Reorientasi Manajemen

Histori di atas menunjukkan bahwa orientasi pembangunan Stadion GBK adalah untuk olah raga. Seiring perkembangan zaman dengan segudang dinamika di segala sektor, Stadion GBK mulai terbuka untuk kegiatan non olah raga. Misalnya adalah pertunjukan musik, seni budaya, kampanye politik, acara ormas atau lembaga, dan lainnya. Hal ini di satu sisi positif guna menambah finansial manajemen Stadion GBK untuk perawatan. Namun di sisi lain  terjadi potensi kerugian akibat kerusakan fasilitas seperti rumput, bangku, dan lainnya serta benturan dengan jadwal pertandingan olah raga.

Pihak manajemen mestinya memiliki skala prioritas dalam memfungsikan Stadion GBK. Orientasi fungsi mesti lebih diutamakan dari aspek penerimaan finansial. Kenyataannya iming-iming finansial yang dibutuhkan memang lebih menggiurkan. Kasus konser One Direction menjadi salah satu buktinya, dimana kepentingan Timnas U-23 menjadi terpinggirkan.

Pemerintah penting menyusun standar prosedur penggunaan Stadion GBK dengan prioritas olah raga. Kegiatan selainnya juga harus diatur agar tidak merusak fasilitas utama stadion. Konsekuensinya dukungan anggaran penting digelontorkan guna menutupi biaya operasional dan pemeliharaannya. Dukungan politik pemimpin dan legislatif dibutuhkan demi peningkatan prestasi olah raga Indonesia.

Dalam kasus terakhir ini, tata panggung konser One Direction sudah didesain menutup rumput stadion. Pengelola GBK memenuhi janjinya untuk membereskan lapangan dengan cepat segera setelah konser selesai. PSSI dan AFC juga bergerak cepat pascapenggunaan stadion untuk konser. AFC didampingi PSSI segera melakukan cek penilaian lapangan terkait kualitas rumput dan fasilitas stadion. Hasilnya AFC menyatakan lolos dan bisa digunakan ntuk menggelar laga Kualifikasi Piala AFC 2016 U-23 yang akan dimulai 27 hingga 31 Maret 2015.

Kasus dilematis seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara maju. Konser perpisahan grup vokal Westlife digelar di Stadion Croke Park, Dublin, Irlandia yang dihadiri 180 ribu penonton. Stadion Wembley juga membuka diri untuk konser musik.

PSSI dan insan sepakbola dapat memetik pelajaran terkait perencanaan jadwal persepakbolaan. Jadwal penting disusun tidak mendadak, sehingga manajemen stadion bisa ploting sejak awal. Dalam hal ini, EO konser musik dipandang lebih rapi dan terencana jauh hari. Manajemen GBK juga mesti tetap dalam orientasi olah raga di atas kepentingan bisnis dan politik.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline