Kisah-kisah tentang laut agaknya masih menjadi kisah yang sangat jarang disentuh di masa sekarang. Khususnya, di wilayah Pekalongan. Entah, sejak kapan hal itu mulai berlaku.
Tampaknya, hal itu perlu ditelusuri lagi dan dikaji secara mendalam. Mengapa? Karena sesungguhnya budaya masyarakat Pekalongan adalah budaya pesisir, yang dengan kata lain, budaya masyarakat Pekalongan---mestinya---lebih lekat dengan budaya maritim, di samping budaya agraris dan budaya yang lainnya.
Akan tetapi, marilah kita tengok sejenak bagaimana kisah-kisah yang bertebaran di masyarakat kita saat ini.
Utamanya, kisah-kisah yang menyoroti asal-usul desa, kota, atau suatu perkampungan di Pekalongan. Hampir seluruhnya berakar pada budaya agraris, budaya penggarap tanah.
Ambil contoh saja, kisah tentang asal-usul Pekalongan. Kisah ini kerap kita dengar dan bahkan sampai hafal betul bagaimana alur ceritanya dan peristiwa-peristiwa yang muncul. Juga tak kalah penting adalah nama-nama tokohnya.
Salah satu tokoh utama dalam kisah itu adalah Bahureksa. Tokoh ini apabila kita cermati secara saksama, cenderung dikisahkan sebagai representasi dari masyarakat agraris.
Terutama, jika merujuk pada gelar yang disematkan pada nama ayah dan sang tokoh utama; "Ki". Gelar ini kerap dipandang sebagai gelar yang disematkan pada tokoh-tokoh besar yang hidup di tengah budaya agraris.
Padahal, apabila kita menelusuri rekam jejak sejarah tokoh yang satu ini, kita justru akan mendapatkan fakta-fakta menarik lainnya. Salah satunya, bahwa Bahureksa adalah seorang laksamana armada laut yang ditugaskan Sultan Agung untuk memimpin penyerbuan Batavia. Apa buktinya?
Buktinya, penyerangan tentara Mataram ke Batavia tidak melalui jalur darat. Akan tetapi, melalui jalur laut. Sebab, benteng Batavia pada waktu itu diletakkan di tepi sungai Ciliwung, di dekat muara.
Di lain hal, gejala kepunahan kisah-kisah tentang laut juga muncul melalui tokoh Dewi Rantamsari. Tokoh ini tak cukup menonjol dalam kisah asal-usul Pekalongan.
Hanya disebutkan, bahwa Dewi Rantamsari adalah seorang putri saudagar kaya raya yang menguasai pelabuhan utara Pekalongan dan memiliki kongsi dagang antarnegara.