Lihat ke Halaman Asli

Ribut Achwandi

TERVERIFIKASI

Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pergaulan Dunia

Diperbarui: 9 September 2021   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Larasati Dajar (24), Duta Bahasa dari Gorontalo (sumber foto: kompas.com)

Pada sebuah perkuliahan, saya pernah menanyakan pada mahasiswa saya mengenai kemungkinan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional yang bersanding sejajar dengan beberapa bahasa internasional lainnya, seperti bahasa Inggris, Arab, Perancis, dan sebagainya. 

Kala itu, saya mendapatkan jawaban yang hampir rata-rata jawaban itu menunjukkan sikap pesimis. Hampir 70% mahasiswa yang mengikuti perkuliahan menjawab dengan ragu-ragu dan menyatakan bahwa sulit bagi bahasa Indonesia untuk bisa masuk ke dalam bahasa-bahasa internasional, bahasa yang digunakan pergaulan dunia. 

Sementara 20% mahasiswa tidak tahu harus menjawab apa, dan 10% mahasiswa yang hadir menjawab dengan optimis bahwa bahasa Indonesia sangat mungkin menjadi salah satu bahasa internasional. 

Alasan mereka, karena Indonesia bagi negara-negara di dunia merupakan negara penting, terutama dalam kaitannya sebagai negara potensial secara ekonomi dan politik. Secara geografis dan demografis, Indonesia merupakan negara yang strategis bagi pengembangan sektor ekonomi dan politik.  

Memang, bukan tidak mungkin bahwa bahasa Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan kedudukannya tidak sebatas sebagai bahasa nasional, melainkan pula sebagai bahasa internasional. Terlebih jika menilik dari anggapan di atas.

Sebab, usaha untuk mencapai cita-cita menginternasionalkan bahasa Indonesia sudah kerap dilakukan oleh pemerintah, meskipun belum sepenuhnya dapat mencapai hasil seperti yang dicita-citakan. 

Tetapi, usaha itu patut diapresiasi karena dibutuhkan keseriusan dan proses yang tidak singkat. Apalagi, hal itu dilakukan dalam kekarut-marutan situasi politik yang terkadang atau bahkan sering melahirkan sikap pesimistis pada bangsa ini. 

Tidak hanya itu, karut-marut yang diakibatkan oleh situasi politik ini juga membuat pandangan miring sejumlah bangsa lain terhadap Indonesia. Semestinya, hal situasi tersebut tidak menjadi penghalang. 

Tetapi, situasi itulah yang acapkali membuat perhatian publik terkonsentrasi, sehingga wacana tentang kebangsaan kita pun tidak menjadi lagi penting. 

Dalam konteks ini, kebangsaan Indonesia perlu terus ditumbuhkan dalam ranah kesadaran sebagai sebuah bangsa di tengah-tengah pergaulan antarbangsa dalam bentangan budaya globalisme.

Sudah terbukti sejak zaman dulu, bahwa bangsa Indonesia (atau dulu dikenal dengan Nusantara) telah mampu menjadi bangsa penjelajah dunia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline