Lihat ke Halaman Asli

Ribut Achwandi

TERVERIFIKASI

Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Krisis Tanah Makam di Kota Pekalongan

Diperbarui: 10 September 2021   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Pixabay

Entah, bagaimana mulanya, obrolan tentang tanah makam itu terjadi. Saat itu, sendok makan itu baru saja saya letakkan di atas piring. Saya tak langsung pergi dari warung langganan saya itu. Menikmati es teh manis dan menghisap sebatang rokok.

Seperti biasa, saat santai itu, pemilik warung selalu mengajak saya ngobrol. Apa saja bisa diobrolkan. Tetapi malam itu, obrolan kami menyoal tanah makam kampung yang sudah sangat tipis persediaannya. 

Bahkan, sudah beberapa kali makam-makam yang sudah lama digali lagi untuk menguburkan jenazah yang baru. Biasanya, makam yang ditumpuk itu makam yang tidak dikijing alias tidak dibangun pembatas makam.

Tentu, situasi ini cukup memprihatinkan. Apalagi di kampung saya, tradisi ziarah ke makam keluarga masih sangat terjaga. Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan warga. 

Biasanya setiap hari Kamis sore atau hari Jumat. Lebih ramai lagi kalau pas jelang bulan puasa atau jelang lebaran.

Warga yang menziarahi makam keluarganya akan membersihkan makam-makam itu. Kemudian mendoakan arwah sahibul makam.

Bukan soal tradisi ziarah saja yang mesti dipertimbangkan. Akan tetapi, ada hal-hal lain yang juga turut membuat persoalan lahan untuk pemakaman ini penting dibahas. 

Yaitu, alih fungsi lahan. Ada beberapa luasan lahan yang semula merupakan tanah makam, kini telah berganti menjadi gedung sekolah, kantor instansi pemerintah, bangunan fasilitas umum, bahkan ada juga yang ditempati rumah warga.

Sementara, status tanah makam yang telah beralih fungsi itu pun belum diketahui. Apakah itu tanah wakaf atau memang tanah negara. Tentu, hal ini berpeluang menjadi polemik berkepanjangan, jika dibiarkan berlarut-larut. 

Akan menjadi masalah yang cukup sensitif pula bagi seluruh warga kota. Karena rupanya soal krisis tanah makam ini tidak hanya terjadi di kampung saya. Akan tetapi, nyaris di seluruh kelurahan se-kota Pekalongan.

sumber foto: instapekalongan

Makam Sapuro yang dikenal sebagai kompleks makam terluas di kota Pekalongan pun sudah penuh sesak. Sedang beberapa lahan pemakaman di kampung-kampung yang tergenang rob mestinya sudah tidak layak lagi digunakan untuk tanah pemakaman. Selain karena tergenang rob, luasan lahannya pun sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditempati sebagai makam.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline