Lihat ke Halaman Asli

Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain Mendatangkan Sikap Putus Asa dan Menyalahkan Diri Sendiri

Diperbarui: 4 Mei 2024   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya Ribka seorang mahasiswi semester 4. Kehidupan saya sehari-hari sangatlah membosankan tidak ada yang menyenangkan semua hanya mendatangkan ketakutan. 

Dalam hal ini saya merasa saya tidak pantas dikatakan sebagai seorang mahasiswi, mengapa? Karena di dalam diri saya terdapat sikap yang introvert, penakut, karena sikap inilah saya merasakan bahwa hidup saya tidak menyenangkan dan saya selalu merasa sendirian tidak ada yang peduli dengan saya. Saya orang batak tinggal di Nias karena saya kuliah di sini. 

Di Nias tidak hanya saya orang batak tetapi ada beberapa atau dikatakan seperempat. Karena saya dan teman -teman se suku saya jauh-jauh datang dari tanah batak, maka dibentuklah ikatan persaudaraan anak rantau dan kami mempunyai seorang yang istimewa yang sebagai ayah di kumpulan ini. Jika ada hari-hari istimewa selalu dirayakan bersama, makan bersama, tertawa bersama dan banyak lagi.

Namun saya merasa tidak bahagia, karena sikap introvert saya yang membuat saya sulit untuk berkomunikasi dengan yang lain, sehingga saat ada perkumpulan saya selalu diam dan hanya mendengarkan seperti seseorang yang tidak kenal dengan mereka. Selain sikap pemalu saya, saya juga jarang ikut perkumpulan karena tempat tinggal saya yang jauh sehingga saat adanya acara yang bahagia saya jarang ikut dan terlibat. 

Dan karena saya jarang terlibat saya merasa mereka semua telah mengabaikan saya dan tidak menganggap saya ada sebagai anggota dari mereka. Pada suatu waktu saya membuka WA dan saya melihat status orang dan saya melihat dari salah satu orang bagian dari perkumpulan itu memposting sebuah video dimana mereka bersenang-senang dan betapa sakit dan sedih yang kurasakan saat ini.

Dan seketika itu, saya merenung dengan apa yang saya alami dan rasakan dan saya langsung membandingkan diri saya dengan teman-teman yang lain yang bagian dari perkumpulan itu. 

Mengapa mereka bisa, berani tidak memiliki rasa takut, mempunyai banyak teman dan mengapa mereka sangat bahagia, mengapa saya seorang yang penakut, pemalu tidak berani berbuat apa-apa dan tidak memiliki banyak teman dan hanya berdiam diri di dalam rumah. 

Saya berefleksi Mengapa saya harus terlahir seperti ini, mengapa saya tidak seperti orang lain yang berani, percaya diri yang besar. Mengapa saya tidak bisa seperti mereka. Sembari menanyakan itu dalam diri saya denga semua yang saya rasakan tidak ada yang peduli dengan saya, tidak ada yang mencintai saya seperti mama saya yang selalu mencintai saya dan saya selalu ingin pulang dan tinggal dengan mama saya karena hanya dialah sumber kebahagiaan yang meneri saya apa adanya. 

Saya kembali membandingkan diri saya mengapa teman-teman saya disenangi semua orang, bisa dekat dengan semua orang mengapa saya tidak. Saya merasa tidak ada yang senang jika di dekat saya, tidak ada yang merasa nyaman dan saya merasa saya tidak bisa melakukan apapun tidak ada yang bisa di banggakan dari saya. Saya tidak tahu entah Tuhan yang menjadikan saya seperti ini atau saya tidak mampu berbuat sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline