Penyesalan Selalu Datang di Akhir
Di ruang kelas yang mulai sepi. Aku duduk termenung di kursiku.
Aku menatap kertas ulangan dengan nilai 90 tertera di atasnya. Namun itu tidak membuatku senang. Sebaliknya ada rasa gelisah yang menggelayuri hatiku.
Tiba-tiba suara lembut datang dari sampingku. "Kenapa Ton? Nilaimu kulihat bagus kok. "Tanya Bagas teman sebangku ku. Aku melihat Bagas tanpa berkata apa-apa.
Bagas yang gelisah dengan tatapanku bertanya "Kenapa mu Ton? " Lalu aku menghela nafas panjang. Seakan mencoba menghapus rasa bersalah yang mengganjal. "Bagus sih tapi... rasanya salah aja. "
Bagas menatapku heran. "Salah? Maksudmu?"
Aku mengambil nafas panjang dan membuangnya. Seperti ingin mengumpulkan keberanian untuk mengaku. "Aku nyontek Gas. "
Bagas terdiam sesaat. Menyipitkan matanya seakan ragu akan perkataanku. "Beneran? Kamu nyontek? " Ucapnya setelah itu.
Aku mengangguk pelan. "Iya... Aku lihat jawaban Dito tadi. Soalnya susah banget dan aku panik. Aku cuma mikir 'Aku harus dapet nilai bagus. ' dan tiba-tiba aja aku nyontek jawabannya. "
Bagas terdiam karena ucapanku. Ia tahu bahwa temannya itu bukan tipe orang yang suka nyontek. "Tapi kamu kan biasanya belajar keras. Kenapa kali ini malah nyontek? "
"Aku nggak tahu... Mungkin karena aku takut nggak bisa menyamai nilai ku yang biasanya. Aku takut gagal." Balas ku dengan tampang pasrah ku.