Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana Jangan Sampai Jadi Recehan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya baru bergabung di Kompasiana tanggal 3 Januari lalu.  Saya belum tahu persis tentang visi dan misi laman ini dan bagaimana serta berapa jumlah peserta aktifnya tapi rasanya senang juga dapat media untuk menyalurkan pemikiran, ide, dan uneg-uneg secara positif-konstruktif melalui tulisan.  Alhamdulillah saya sudah bisa berkontribusi dengan 9 tulisan (termasuk yang sedang anda baca ini) tentang berbagai hal yang topiknya saya usahakan se-aktual mungkin.

Tanpa maksud riya, dari interaksi yang cukup intens ini (9 tulisan, 1392 bacaan, 28 komen, 1 appresiasi menarik), saya merasakan ada hal yang dapat saya beri appresiasi ataupun masukan.  Pertama, laman ini sudah berhasil membangkitkan minat para penulis usia muda (dan mungkin pemula).  Bisa jadi berangkat dari nama besar Kompas sebagai generatornya, tapi ini layak dikatakan telah berkontribusi pada penyuburan iklim menulis (otomatis juga membaca) pada bangsa kita yang dengan media digital ini telah meliputi seluruh nusantara.

Karena itu sudah sewajarnya keberhasilan Kompasiana mengangkat tulisan-tulisan pak Chappy Hakim lalu bisa dikembangkan pula pada mereka yang produktif dan tulisannya berkualitas.  Sebagai rangkaian dari itu tentu akan sangat bermanfaat kalau ada semacam posting-posting tutorial tentang menulis dan segala aktivitas yang terkait dengannya seperti mencari sumber data/informasi untuk bahan tulisan, tip dan triks menerbitkan buku, dan teknik resensi, dsb.

Kedua, saya ingin pula berkotribusi untuk memberi masukan, guna meningkatkan kualitas isi laman dan para kontributor semua.  Mekanisme yang ada sekarang mungkin sudah dipertimbangkan dan dibahas sebagai yang terbaik dan saya memang sudah merasakan manfaatnya namun rasanya masih perlu dibuat mekanisme untuk mengendalikan materi atau konten yang sensistif terhadap primordialisme penulis dan pembaca semua.  Isu-isu antar-agama misalnya, tidak ada atau sedikit manfaatnya kalau bukan malah mudharat jika dilakukan bahasannya di laman ini karena aspek kompetensi dan masing-masing akan berada pada platform masing-masing sehingga tidak akan jumpa.  Tulisan dan diskusi semacam ini hanya akan menimbulkan debat kusir yang makin memanas yang bisa berujung pada permusuhan pribadi atau kelompok.  Tentu demikian pula halnya dengan isu suku, ras, dan yang sejenis lainnya.  Lain lagi halnya dengan tulisan yang memang untuk kelompok sendiri, itu pun harus dikawal oleh yang kompeten dan harus dapat membatasi agar tidak diserempetkan pada pihak lain sehingga akan manfaat bagi kelompok tersebut dan orang-orang yang bisa menggunakannya secara positif saja.

Ketiga, dari pengamatan saya yang singkat dan sederhana saja, mungkin dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca maka judul yang dipilih cenderung yang sensasional.  Ada pula yang sudah langsung menggunakan kata-kata bombastis atau vulgar yang ternyata tidak atau kurang sesuai dengan isi tulisan itu.  Mungkin perlu kita cari bersama bagaimana agar ada juga saringan pada aspek sensasional atau recehan ini jika tujuannya tidak sesuai dengan hadirnya laman yang sudah banyak manfaat ini.

Demikian lontaran pendapat saya yang sudah mengakrabi laman ini, mudah-mudahan banyak pembaca dan penulis lain juga ikut memperkayanya sehingga kita bisa jadi lebih maju bersama. Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline