Lihat ke Halaman Asli

Lain Dulu Lain Sekarang

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1291771235933789920

“Ayo Neneeeek, buruaaan…,” terdengar suara seorang anak gadis kepada neneknya yang terlihat masih bersantai – santai. “Nanti kalau terlambat kita gak dapat tempat duduk…”

Sang nenek yang diajak anaknya itu masih mematut – matut diri di depan kaca rias. Ia tersenyum puas melihat sasakan rambutnya yang menjulang tinggi. Ia memeriksa kondenya sekali lagi untuk memastikan bahwa hiasannya telah ada di tempatnya. Lalu dengan santai ia menoleh ke cucunya,”Kamu tenang saja nak… Pasti kita bisa dapat tiket…”

Sang cucu menghela napas dan melangkah keluar dari kamar… Rasanya artis terkenal aja kalah bersaing deh sama neneknya dalam hal berdandan dan mempercantik diri. Baginya sang nenek sudah berdiri di depan cermin seabad lamanya…

“Mungkin nenek berharap bisa berubah menjadi lebih muda kembali ya dengan melihat kaca rias lebih lama dari yang sebelumnya?” tanya anak tersebut pada ibunya yang langsung di hush oleh sang ibu. Sementara ayah dan kakeknya hanya terkekeh. Sang kakek memanggil cucunya dan membisikkan sesuatu. Sang cucu tersenyum manja kepada kakeknya dan mengangguk. Baiklah, pikir sang cucu. Toh kakek sudah berjanji padaku jadi iya deh aku tahanin aja pergi sama nenek.

Setengah jam kemudian barulah sang nenek keluar dari pertapaannya. Ia mengangguk dengan anggun ke arah cucunya yang langsung berpamitan kepada kakek dan orangtuanya. Sambil menyambar tasnya ia berlari keluar terlebih dahulu untuk mencari Pak Muji supir keluarga mereka. Nenek kalau jalan kan lebih lama lagi, gerutunya. Lagian heran deh… Kenapa sih setiap kali mau keluar Nenek itu harus heboh begini? Kenapa gak bisa seperti kakek yang santai? Dan kok selalu senang ya datang terlambat? Kan jadi diperhatikan sama orang lain…

Sesampainya mereka di mall seorang pegawai mall menghampiridan membukakan pintu mobil. Sambil berjalan ke dalam tanpa mengucapkan terima kasih sang nenek berbisik pada cucunya,”Nah, lihat kan bagaimana mereka menghormati nenek? Itu karena mereka tau siapa nenek…”

Cucunya terdiam sambil menunduk dan berharap semoga petugas tadi tidak mendengar ucapan neneknya. Itu sih sudah hal yang standard dilakukan oleh para pegawai di mall sekarang. Mereka melakukan hal tersebut pada semua pengunjung yang datang. Tanpa memandang usia, derajat atau apapun… Tapi mana bisa mengatakan hal tersebut pada neneknya? Jadi ia memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju teater tempat ia ingin menonton film yang telah lama ia tunggu.

Kayaknya sudah gak mungkin dapat tiket nih… Tapi yah, kalau gak dapat sekarang toh kakeknya sudah berjanji besok akan mengajaknya untuk menonton berdua. Jadi tidak apalah… Bukan itu yang ia khawatirkan tapi keributan yang akan terjadi mengenai masalah tiket ini…. Eh, mana neneknya… Halah… Tuh kan benerrrr… Kenapa neneknya langsung ke depaaaan bukannya antri duluuuu…. Ia berada didalam dilemma apakah ia harus menyusul neneknya dengan resiko orang akan tahu ia adalah keluarganya. Atau diam di tempat dan menyaksikan kehebohan yang sudah ia perkirakan akan terjadi.

“Saya ingin membeli tiket studio 2 untuk jam 3 sore ,” dengan tegas sang nenek bersabda pada karyawati yang mengurus penjualan tiket tersebut. “Hayooo cepatlah… Filmnya sebentar lagi mulai… Kami tidak ada waktu!”

Karyawati tersebut bengong dan saling melirik dengan para pengunjung lain yang tengah ia layani serta yang mengantri dibelakang. Mereka memandangi wanita tersebut yang terlihat berpakaian berlebihan untuk sekadar pergi menonton film. Dan kelakuannya itu loh… Tidak tahu etika sama sekali…Dan katanya orang – orang muda jaman sekarang lah yang tidak tahu sopan santun…

“Maaf bu, tapi tiket yang ibu maksudkan sudah habis…,” setelah menguasai keheranannya sang karyawati menjawab. “Tapi masih ada tiket untuk jam 8 nanti… Mohon ibu mengantri dulu…”

Sang nenek yang tidak ingin menghabiskan waktu berharganya untuk mengantribersama rakyat jelata lainnya langsung menegakkan tubuhnya dan berkata nyaring,”Sudah habis? Tidak! Saya tidak ingin menunggu hingga jam 8! Dan apa kamu bilang tadi? Saya harus mengantri? Kamu pikir saya siapa?”

Orang – orang mulai memanjangkan lehernya untuk menyaksikan adegan tersebut. Beberapa diantaranya mulai mengomel karena perdebatan itu akan semakin membuat mereka bertambah lama berada di dalam antrian. Di dalam antrian tersebut seorang ibu paruh baya berkata pada suaminya,” Nah, kalau bapak tadi tetap ngeyel minta dilayani…wajah bapak akan persis deh seperti ibu yang sedang ribut itu…” Sang suami disebelahnya pun hanya diam.Ia teringat masa – masa dimana ia bisa mendapat apa saja karena orang segan terhadapnya pada saat ia masih memegang jabatan…Memandangi keributan itu diam – diam ia sadar masa – masa itu sudah berlalu…

Sementara itu sang cucu mulai menghubungi kakeknya,”Kakeeek… aku sudah suruh pak Muji balik ke rumah… Buat jemput kakek… Buruan yaaa datang… Malu aku…”

Sang kakek yang tengah berada di rumah menyabarkan cucunya dan menyudahi hubungan telepon. Putranya yang menyaksikan hal itu semua memandanginya dengan pandangan bertanya. Dengan tersenyum simpul sang kakek menjawab,”Biasalah ibumu… Sudah terbiasa mendapat apa saja yang ia mau… Dia mengira semua orang pasti menurut kepadanya…”

Sambil menghela napas sebelum berangkat menyusul isteri dan cucunya ia bergumam,”Untunglah cucuku tidak memalukan seperti itu…”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline