Lihat ke Halaman Asli

Tertukar

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wanita tua itu duduk tercenung di ruang tunggu… Guratan diwajahnya tidak bisa menutupi jejak kecantikan di masa lampau yang masih berada disana… Namun, raut matanya memancarkan kelelahan… Sesekali ia menghela napas sambil matanya memandang ke arah depan... Seorang anak gadis yang berada disebelahnya membisikkan sesuatu kepadanya dan ia pun mengangguk. Dengan riang anak gadis itu lalu meninggalkan wanita tersebut yang kembali terpekur menghabiskan waktu. Entah apa yang ada didalam pikirannya.

Satu demi satu kursi di ruang tunggu itu pun mulai kosong. Ruangan yang tadinya penuh dengan suara orang yang berbincang satu sama lain, jeritan anak – anak yang saling berkejaran, panggilan nama seseorang sesekali…sekarang nyaris seperti tidak berpenghuni. Yang tersisa hanyalah wanita tua tersebut dan seseorang yang terlihat lebih muda darinya.

Wanita yang lebih muda itu terlihat serius dengan buku bacaannya. Sesekali matanya melirik kearah counter di depan mereka sambil menggelengkan kepala. Namun wajah yang terlihat kesal itu melembut ketika bertemu pandang dengan wanita tua itu. Mereka saling tersenyum satu sama lain… Lalu keduanya kembali dalam pikiran dan kesibukan masing – masing.

“Ibu...“ petugas yang memanggil terdiam sejenak… Ia bukan hendak menciptakan suasana dramatis namun matanya melirik ke seorang pria tampan yang berjalan melalui ruangan tunggu tersebut… Tangannya masih di tumpukan plastic yang berada di mejanya…namun matanya tidak lepas memandangi sang pria yang sekarang hanya terlihat dari belakang.

“Ehm, “ sang wanita yang lebih muda tiba – tiba sudah berada di depan counter mengagetkan sang petugas. Dengan wajah kaku karena merasa kenikmatannya terenggut ia melanjutkan panggilannya, “Ibu Susan?”

Masih dengan wajah kaku ia memberikan plastik – plastik tersebut dan sebagai gantinya wanita yang ternyata bernama Susan itu mengeluarkan sejumlah uang untuk pembayaran. Ia pun memberikan pandangan yang tidak kalah judesnya terhadap si petugas. Namun ia kembali melembutkan wajahnya seraya berpamitan kepada wanita yang juga sudah berada disebelahnya. Kali ini disertai anak gadis yang tadi meninggalkannya sejenak.

“Nah, Ibu Kinarsih…, “ si petugas memandang ke wanita tua itu untuk memastikan. Sang anak gadis memperhatikan sekilas plastik – plastik yang diberikan oleh si petugas. Hmmm, kelihatannya beda dari yang biasanya… Ah, mungkin memang baru dan yang lama sudah diganti…. Ia menunggu wanita yang bernama Kinarsih itu melakukan pembayaran dan mereka pun segera beranjak pulang.

MALAM di suatu tempat…

“Kenapa nenekmu, nak?” tanya seorang bapak yang ikut dipanggil oleh anak gadis tersebut.

Sambil tersedu sedan sang anak gadis mengatakan bahwa neneknya…Ibu Kinarsih tidak bangun – bangun setelah tadi sore ia meminum obatnya. Salah seorang ibu yang turut berada didalam rumah itu menghibur si anak gadis, “Sudahlah… Mungkin memang sudah waktunya… Lihat wajahnya…tenang sekali…”

Dan di tempat lainnya malam itu….

“Ya ampuuun… obat apa nih?” gerutu Susan… “Bukan obat yang biasa aku minum… “

“Ada apa sayang? “ tanya seorang pria yang duduk disebelahnya… “Mungkin dosisnya turun dari biasanya?”

Susan menggelengkan kepala dan menatap lama ke plastik yang berisi obat tersebut… Ia hanya bisa berharap mudah – mudahan obatnya tidak tertukar ke pasien lain…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline