Lihat ke Halaman Asli

Pohon Sawo Itu...

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di halaman rumah orang tua gue berdiri dengan gagahnya si pohon sawo. Tragisnya, walau selalu berbuah setiap saat dengan berlimpah ruah…tidak ada satupun dari orang di rumah yang mengkonsumsi buah ini. Gue karena gak doyan. Sementara orang tua gue cuman pernah mengkonsumsi sekali. Dan karena rasanya yang muaniss banget…mereka khawatir bakal terserang penyakit diabetes… Yah, Nyokap memang pengidap diabetes jadi jelas dia ogah mengkonsumi terlalu sering.

Jadilah buah – buahan itu dipelototin oleh orang yang lewat. Setiap kali ada orang yang lewat di depan rumah, mereka spontan mengagumi pohon sawo yang tengah dihiasi buah – buah sawo yang bertebaran di dahan – dahannya. Abis mengagumi, jelas jadi kepengen. Para pengagum sawo itu ada yang jujur mau meminta sama orang tua gue. Seperti misalnya saudara sepupu gue yang sekeluarga jadi doyan sama sawo ini karena manis dan berlimpah ruah banyaknya. Ada juga yang langsung main ambil aja pokoknya tahu – tahu pas menengok ke pohon…loh, kok hilang? Tidak hanya manusia yang mengkonsumi…tapi juga hewan – hewan liar yang numpang lewat seperti kelelawar. Kalau sudah malam, mendadak berterbanganlah mereka menyambar buah – buah sawo itu. Pendatang baru lainnya adalah seekor musang. Ini sih menurut kesaksian para tetangga yang katanya pernah memergoki musang tersebut asyik memakan sawo di dahan atas.

Kadang – kadang kalau melihat nasib pohon sawo ini…mungkin seperti negara kita Indonesia ini ya?

Indonesia kan katanya alamnya berlimpah ruah… ada minyak, emas, timah, dan kekayaan alam lainnya serta kebudayaan kita sendiri yang terlalu panjang untuk disebutin satu – satu. Tapi, banyak dari kita (termasuk gue tentunya) yang gak sadar dan tidak memanfaatkan apalagi yang namanya menghargai. Mungkin karena toh sumber alam itu ada begitu banyak (sebelumnya) dan bertebaran dimana – mana…sehingga kita jadi meremehkan? Untuk apa dijaga? Toh persediaan banyak kok… Untuk apa diumumkan ke seluruh dunia bahwa kita yang punya kebudayaan ini? Pasti semua orang tahu dong bahwa kebudayaan itu memang asalnya dari kita.

Jadi nasibnya ya mungkin kurang lebih sama seperti pohon sawo di rumah orang tua gue itu. Hasil panennya diembat oleh orang lain entah permisi dulu atau tidak… Kitanya jadi cuman kebagian sampah daun – daunan yang gugur serta tempat berdirinya pohon itu… Tahu – tahu nanti sumber alam itu habis karena sudah dirusak dan dikeruk habis – habisan… Hasil alam yang ternyata bisa jadi obat akhirnya dipatenkan sama negara lain yang ngongkosin penemuannya… Kebudayaan juga bisa jadi demikian… Atau mungkin lama – lama pulaunya sekalian…

Pernah gue iseng usulin sama bokap gue, gimana kalau tuh pohon ditebang aja dan diganti sama pohon lain yang lebih berguna (setidaknya buat kita sekeluarga)… Pohon sirsak atau pohon nangka misalnya… Tapi Bokap gue menolak mentah – mentah… Biarpun tidak ada satupun dari kita dirumah yang mengkonsumsi pohon tersebut, tapi saat ini sudah jadi ICON rumah kita lho. Begitulah katanya…

Jadi dengan kata lain, walau begitu banyak masalah dan bencana dalam negeri, bukan berarti lantas mesti memutus rasa kebangsaan itu kan? Belum bisa mengoptimalkan hasil alam dan sumber daya lainnya di dalam negeri, bukan berarti mesti malu dan gak mau jadi orang Indonesia kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline